JAKARTA – Salah satu upaya pemerintah dalam pemerataan pembangunan melalui pemanfaatan energi surya adalah Program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) untuk 2.500 desa.
Paket LTSHE akan dibagikan kepada masyarakat lokal daerah yang berada di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, daerah terisolir dan pulau terdepan atau jauh dari jangkauan PT PLN (Persero), sehingga menjadi sumber energi utama yang dapat diandalkan murni dari tenaga surya.
“Sampai dengan Oktober 2017, penyuluhan dan instalasi LTSHE sudah tersebar hingga 80.332 rumah dan pertumbuhan tersebut terus berlanjut dengan target pada tahun 2018 tersebar di 15 kabupaten dan kota atau 175.782 rumah,” ungkap Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Jakarta, Jumat (27/10)
Rida mengatakan wilayah penerima LTSHE yang menjadi sasaran program pada  2017 sebagian besar Indonesia Bagian Timur, yakni Papua Barat (83 desa atau 70.847 penerima), Papua (610 desa atau 6.408 penerima), dan Maluku (23 desa atau 2807 penerima). Hal ini disebabkan pangsa pasar penerima LTSHE pada wilayah tersebut masih dominan dengan kriteria terpencil, terdepan, dan tertinggal (3T).
Program LTSHE untuk penerangan 2.500 desa atau 256.114 rumah dengan kriteria 3T tersebut diyakini tepat untuk percepatan dan pembangunan wilayah dalam jangka waktu pendek, suatu wilayah pedesaan dengan kondisi penduduk tesebar dan pola distribusi permukiman yang sulit dijangkau jaringan listrik PLN.
Target penerangan 2.500 desa tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu dua tahun (2017 – 2018) dan dipasang di lima provinsi Indonesia.(RA)