JAKARTA – Hingga Juli 2018, produksi minyak dan gas PT Pertamina (Persero) sudah mencapai 907 ribu barel oil ekuivalen per day (BOEPD). Produksi di dalam negeri sebesar 752 ribu BOEPD dan sisanya 154 ribu BOEPD dari lapangan di luar negeri.

Produksi tersebut terdiri dari produksi minyak sebesar 380 ribu barel per hari (bph) dan gas 3.056 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Meidawati, Senior Vice President Upstream Strategic Planning & Operation Evaluation Pertamina, mengatakan realisasi produksi minyak masih dibawah target sebesar 400 ribu bph, namun potensi peningkatan produksi hingga akhir 2018 masih terbuka. Salah satu pendorong adalah kinerja produksi PT Pertamina EP yang menunjukkan tren positif.

“Pertamina EP sekarang sudah mulai bagus. Dia kebanyakan bor di Asset 5 dan kemarin Sukowati juga dapat. Sukowati sudah produksi semua ya dari work intervensionnya nambah,” kata Meidawati di Jakarta, Selasa (28/8).

Total produksi minyak Pertamina EP Asset 4 yang mengelola Lapangan Sukowati pada periode Januari-Juni 2018 sebesar 13.728 bph atau 97,96% dari target perusahaan. Dari jumlah itu, 6.785 bph di antaranya berasal dari Lapangan Sukowati di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Bahkan sepekan terakhir produksi sudah diatas 8 ribuan bph.

Menurut Meidawati, realisasi produksi Pertamina hingga semester pertama sebenarnya sudah cukup baik karena mampu melampaui target untuk gas. Untuk minyak hanya tipis dibawah target.

Realisasi produksi Juli 2018 dibandingkan dengan tahun lalu (year on year/yoy) juga menunjukkan peningkatan. Pencapaian untuk minyak hingga Juli 2018 sebesar 380 ribu bph dibanding Juli 2017 sebesar 343 ribu bph.

Meidawati mengatakan realisasi produksi minyak 380 ribu bph hingga Juli, meleset sedikit dari target 6 bulan pertama tahun ini sebesar 384 ribu bph.

Disisi lain, kenaikan produksi gas signifikan karena total targetnya tahun ini sebesar 3.069 MMSCFD dan target pertengahan tahun 2.951 MMSCFD.

“Pencapaian kami 3.056 MMSCFD, sudah over. Pada 2017 selama tujuh bulan pertama sebesar 2.032 MMSCFD,” ungkap Meidawati.

Dia mengungkapkan untuk gas penambahan signifikan berasal dari PT Pertamina EP Cepu dan PT Pertamina Hulu Indonesia yang menaungi dimana PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Serta dari Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi.

“Mahakam dan Pertamina EP Cepu juga. Produksi Cepu naik karena produksi minyak naik, gasnya kan gas ikutan. Kalau minyak itu naik, 380 ribu bph itu dari Cepu dan PHI kondensatnya naik,” ungkap Meidawati.

Overseas Pertamina

Untuk produksi minyak Pertamina dari luar negeri hingga Juli tercatat untuk minyak sebesar 103 ribu bph dan gas 301 MMSCFD. Kontribusi produksi minyak terbesar berasal dari lapangan di Irak yang mencatatkan produksi sebesar rata-rata 45 ribu bph.

Meidawati mengatakan sebenarnya produksi hingga Juli bisa lebih besar karena di Juli 2018 mampu merealisasikan produksi hingga 104 ribu bph. Adanya beberapa perawatan fasilitas dan kegiatan teknis di beberapa fasilitas membuat produksi belum optimal.

“Salah satu penyebabnya di Malaysia. rig move, harusnya Mei tapi rig bergerak pada Juni,” ungkap dia.

Meidawati optimistis target 108 ribu bph pada tahun ini masih bisa tercapai lantaran aktivitas kerja akan optimal di semester kedua tahun ini. Selain itu, juga ada beberapa penundaan first oil di beberapa sumur di Algeria.

“Bisalah. Kami kan lihat satu tahun.
Jadi pada Juli juga kalau dilihat produksi minyak enggak tercapai, karena rig move in yang harusnya dijalankan Mei itu telat, mundur,” kata Meidawati.

Untuk gas produksi rata-rata Juli sudah mencapai 301 MMSCFD dan jauh melebihi target satu tahun sebesar 266 MMSCFD. Kontribusi terbesar produksi gas berasal dari aset Pertamina di Gabon.

“Afrika itu dari Gabon MP (Mauriel).
209 MMSCFD. Gasnya dijual,” tandas Meidawati.(RI)