JAKARTA – Peningkatan stok LPG 3 kilogram akan dipenuhi dari produksi di dalam negeri. Dengan begitu, PT Pertamina (Persero) tidak memerlukan tambahan impor LPG untuk mengatasikan kelangkaan LPG 3 kg di sejumlah daerah.

Muchamad Iskandar, Direktur Pemasaran Pertamina, mengatakan sejauh ini produksi dalam negeri masih bisa memenuhi kebutuhan untuk penambahan pasokan LPG guna menganggulangi kelangkaan yang terjadi.

“Sebagian besar LPG berasal dari impor, sekitar 56%-60% dari total volume. Tapi saat ini tidak perlu impor (tambahan), kami masih bisa pasok sendiri untuk penambahannya,” kata Iskandar usai menggelar konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Jumat (8/12).

Total kebutuhan LPG pada 2017 diproyeksi mencapai 7,18 juta metrik ton (MT), terdiri dari LPG subsidi sebesar 6,38 juta MT ditambah LPG nonsubsidi 800 ribu MT.

Saat ini rata-rata penyaluran LPG non subsidi untuk periode Juli hingga November 2017 adalah sekitar 20,2 ribu – 20,3 ribu MT per hari.

Menurut Iskandar, sebenarnya tidak ada pengurangan pasokan LPG 3 kg. Bahkan, Pertamina akan menambah pasokan harian menjadi sekitar 24 ribu MT per harinya dalam rangka menanggulangi gejolak kelangkaan yang dihadapi masyarakat.

Data Pertamina menyebutkan stok LPG adalah sebesar 113,6 ribu MT yang cukup untuk stok selama 19 hari. “Diatas stok minimal 11 hari. Range aman 15-19 hari terjaga pada level itu, sehingga tidak perlu ada khawatir LPG kurang,” ungkap Iskandar.

Basuki Trikora Putra, Senior Vice President Non Fuel Marketing Pertamina, mengatakan Pertamina justru diproyeksikan akan menanggung kelebihan kuota LPG bersubsidi. Ini ditunjukkan dengan realisasi konsumsi LPG 3 kg hingga November yang mencapai 5,75 juta MT atau 93% dari kuota yang ditetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 sebesar 6,199 juta MT.

“Diperkirakan hingga akhir Desember 2017, penyaluran LPG 3 kg akan melebihi kuota sekitar 1,6% dari APBNP 2017,” kata Basuki.(RI)