JAKARTA – Pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi bersih untuk kelistrikan. Hal ini sejalan dengan target pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk kelistrikan nasional sebesar 23% pada 2025.
Untuk kelistrikan, pemerintah fokus pada tiga hal. Satu adalah ketersediaan kapasitas.  Kedua pemerataan distribusi atau biasa disebut electrification ratio yang merata. Serta ketiga tarif terjangkau.
“Pemerintah juga sepakat yang keempat adalah clean energy (energi bersih),” kata Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Jakarta belum lama ini.
Ke depan, pemerintah akan tetap mendorong agar energy mix (bauran energi yang berasal dari EBT) 23% bisa tercapai pada 2025 untuk kelistrikan.
Pemerintah juga mulai mendorong  penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM).
Menurut Jonan, saat ini konsumsi BBM mencapai 1,6 juta hingga 1,7 juta barel per hari (bph), sementara produksi dalam negeri sekitar 800 ribu bph. Jika pola ini tidak dirubah, pada 10 hingga 20 tahun ke depan, impor BBM mencapai 1,4 juta bph.
Jonan mengatakan Presiden Joko Widodo juga mendukung penciptaan atau mulai digunakannya kendaraan listrik, sejalan dengan semangat ketahanan energi, yaitu semaksimal mungkin menggunakan energi yang dihasilkan dari dalam negeri.
Saat ini, menurut Jonan, konsumsi BBM dalam negeri 1,6 sampai 1,7 juta barel per hari (bph), produksi 800 ribu bph, impor satu hari 800 ribu sampai 900 ribu bph.
“Kalau bisa sama (20 tahun ke depan), saya terima kasih. Kalau kita biarkan, tidak menggunakan kendaraan listrik, mungkin dalam 10 tahun sampai 20 tahun ke depan impornya akan naik. Kalau di-nett, impor dikurangi produksi kita, bisa 1,3 juta sampai 1,4 juta bph impornya,” ujar Jonan.
Kendaraan listrik serta peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik, energi primernya banyak dihasilkan di dalam negeri, mulai dari batubara, gas bumi dan EBT.
Jonan menambahkan, sejak Januari hingga November 2017 sebesar 1.186 megawatt (MW) pembangkit listrik yang energi primernya bersumber dari EBT telah ditandatangani.
“Ini banyak sekali. Saya kira tidak pernah ada satu tahun kerja di Indonesia yang bisa lebih dari 1.000 MW pembangkit energi terbarukan yang ditandatangani. Mudah-mudahan sampai penutupan tahun bisa kira-kira mencapai 1.500 MW dan kita dukung terus,” kata Jonan.(RA)