JAKARTA – PT Harum Energy Tbk (HRUM) menjajaki peluang untuk meningkatkan tingkat integrasi bisnis perusahaan ke sektor hilir. Langkah tersebut sebagai strategi diversifikasi usaha di tengah kondisi pasar batu bara saat ini.

“Kami jajaki peluang pengembangan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, termasuk pembangkit mulut tambang (mine mouth). Sejak 2016 kami sudah ikut tender PLN, tapi tertunda terus karena menyesuaikan dengan RUPTL,” kata Ray Antonio Gunara, Direktur Utama Harum Energy kepada Dunia Energi.

Ray mengatakan, nantinya bisnis pembangkit listrik akan menggunakan skema joint venture dengan perusahaan skala internasional. Untuk masalah pendanaan, Harum Energy akan mengandalkan dana internal dan pembiayaan dari pihak lain.

“Pembangkit listrik bisa dibangun di lahan konsesi perseroan ataupun di lokasi lain. Bahan bakar batu baranya tidak harus dari kami,” kata dia.

Perseroan juga tetap mencari peluang ekspansi untuk menambah cadangan dan sumber daya untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Strategi ekspansi dilakukan dengan fokus pada akuisisi perusahaan tambang batu bara.

“Akuisisi masih terus kami upayakan, untuk dapat cadangan baru. Sampai Maret 2017, kas perseroan ada US$ 232,3 juta, jadi masih ada dana internal untuk pendanaan akuisisi,” ujar Ray.
Harum Energy mematok target produksi batu bara anak usaha, PT Mahakam Sumber Jaya (MSJ), sebesar 4 juta – 4,5 juta ton hingga akhir tahun ini. Target stripping ratio sekitar sembilan kali.
Sepanjang kuartal pertama 2017, volume produksi Mahakam Sumber Jaya sudah mencapai 1,2 juta ton atau naik 71,1 % dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Penjualan terbesar perseroan di kuartal pertama 2017 ditujukan ke pasar Korea Selatan, Malaysia, dan India.
“Volume produksi 4 juta – 4,5 juta ton semuanya sudah memiliki kontrak penjualannya ke Korea Selatan, Malaysia dan India,” ungkap Ray.
Ray mengatakan, pendapatan perseroan di kuartal pertama tahun ini sebesar US$ 78,7 juta atau naik 79,2% dari US$ 43,9 juta di kuartal pertama tahun lalu. Kenaikan pendapatan ini dipicu peningkatan volume penjualan sebesar 42,2% menjadi 1,2 juta ton, dari sebelumnya 0,9 juta ton pada periode kuartal pertama tahun sebelumnya.

Peningkatan pendapatan juga dampak dari kenaikan. harga jual rata-rata batu bara kuartal pertama 2017 hingga mencapai 27,4%, jika dibanding periode sama 2016.

EBITDA di kuartal pertama 2017 sebesar US$ 22,1 juta atau naik 342,0% dari US$ 5,0% juta di periode sama tahun 2016, akibat peningkatan pendapatan yang lebih besar dari peningkatan total biaya. Harum Energy membukukan laba bersih kuartal pertama 2017 sebesar US$ 12,4 juta atau naik 618,6% dibanding periode yang sama 2016 sebesar US$ 1,7 juta.(RA)