Smelter pengolahan bijih tembaga PT Smelting Gresik di Jawa Timur.

Smelter pengolahan bijih tembaga PT Smelting Gresik di Jawa Timur.

JAKARTA– Harga tembaga untuk kontrak Juli 2016 bergerak melemah pada perdagangan Selasa (7/6) didorong penguatan kurs dolar Amerika Serikat. Sempat naik 0,05% atau 0,10 poin ke level US$ 211,85 per pound, harga komoditas logam tersebut kemudian melemah sebesar 0,83% atau 1,75 poin ke US$210 per pound pada pukul 14.05 WIB.

Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga tembaga ditutup menguat sebesar 0,21% atau 0,45 poin ke posisi US$211,75, melanjutkan penguatan sebelumnya seiring pelemahan dolar AS akibat pertumbuhan data ketenagakerjaan AS di bawah prediksi.

Kantor berita Reuters melaporkan penguatan harga tembaga hari ini dipicu oleh pelemahan dolar AS setelah Ketua Dewan Gubernur Janet Yellen menyatakan kembali prospek penaikan suku bunga acuan negara tersebut tanpa secara spesifik menginformasikan saatnya.

Bloomberg memproyeksikan harga tembaga sepanjang tahun ini belum dapat dinilai positif meski mampu menguat tipis. Risiko pelemahan tembaga masih terbuka lebar di tengah ancaman permintaan dan kenaikan suku bunga The Fed. Harga tembaga dinilai bergerak cukup fluktuatif sepanjang tahun ini. Pada awal tahun,  tembaga tertekan oleh penguatan dolar AS setelah The Fed menaikkan suku bunga Desember lalu.

Di sisi lain, ekonomi China sebagai konsumen tembaga terbesar di dunia semakin mengkhawatirkan. Ekonomi China mengalami penurunan sehingga membuat permintaan tembaga lemah. ondisi manufaktur China mengalami kontraksi dalam lima bulan berturut-turut pada Januari 2016. Sementara itu, manufaktur Eropa masih stagnan. Harga tembaga akhirnya jatuh ke level terendah sejak 2009, yaitu US$ 4.331 per metrik ton pada 15 Januari. Level tertinggi  tembaga tahun ini yakni US$ 5.069,5 per metrik ton tercapai pada 17 Maret 2016. (DR)