JAKARTA– Harga minyak mentah dunia kembali tergelincir hingga mendorong ke posisi terendah sepanjang Januari-Maret 2017. Harga minyak WTI turun US$ 79 sen ke posisi US$48,49 per barel dan Brent turun US$91 sen ke level US$51,28 per barel.
Pelemahan ini terjadi karena investor terus mengkhawatirkan bahwa pemotongan produksi dari minyak yang melimpah dan dipimpin oleh negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) ini belum berkurang.

Minyak mentah AS merosot hampir 9% sejak penutupan perdagangan Selasa, yang merupakan penurunan tiga hari terbesar sejak Februari 2016. Prospek bullish yang berlaku untuk beberapa bulan terakhir ini telah melemah oleh angka persediaan minyak yang masih tinggi.

Namun demikian, harga minyak mulai terangkat pada awal pekan ini, setelah adanya berita kenaikan persediaan minyak mentah AS ke rekor tertinggi. Pada perdagangan Jumat, perusahaan jasa minyak Baker Hughes melaporkan peningkatan mingguan lain dalam pengeboran rig AS.

“Kami belum melihat pengurangan produksi yang dilakukan oleh produsen di dunia benar-benar meringankan dalam persediaan,” kata Manajer Riset di Tradition Energy Gene McGillian seperti dikutip Reuters.

Pada perdagangan Kamis, minyak mentah AS jatuh di bawah USD50 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember. Produsen minyak besar seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab khawatir bahwa industri serpih AS yang bangkit kembali akan membatalkan upaya mereka untuk membatasi pasokan.

Menurut Reuters, para pejabat Saudi senior menyatakan perusahaan minyak AS dalam rapat tertutup tidak boleh berasumsi OPEC akan memperpanjang produksi untuk mengimbangi kenaikan produksi AS.

Gene McGillian menilai belum pernah terlihat pemangkasan produksi yang dilakukan oleh produsen minyak dunia benar-benar meringankan masalah stok yang membumbung.
Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail bin Mohammed al Mazrouei mengatakan kenaikan persediaan minyak di AS adalah sebuah kekhawatiran dan bahwa para investor harus berhati-hati agar produksi tidak meningkat tinggi.

Keraguan sejumlah kalangan adalah soal seberapa lama OPEC akan bersedia memangkas produksi jika harga terus jatuh. Menteri dari Arab Saudi dan Irak menyatakan bahwa terlalu dini untuk mempertimbangkan apakah pemangkasan produksi akan diperpanjang melampaui Juni.

Pada 2016, OPEC dan Rusia setuju untuk memangkas produksi sebanyak 1,8 juta barel per hari pada semester pertama 2017. Namun, langkah tersebut sejauh in berdampak sedikit terhadap tingkat stok.

Persediaan minyak AS melonjak 8,2 juta barel per pekan lalu mencapai rekor menjadi sebanyak 528,4 juta barel. Morgan Stanley menyatakan dalam risetnya harga minyak Brent akan berada di level US$62,50 per barel hingga akhir tahun ini. (DR)