NEW YORK – Harga minyak dunia turun pada Senin (Selasa pagi WIB) karena kekhawatiran tentang membanjirnya pasokan dan data ekonomi lemah dari Tiongkok melampaui ketegangan antara produsen minyak utama Arab Saudi dan Iran. Patokan Amerika Serikat, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari turun 28 sen dolar AS menjadi berakhir di posisi US$36,76 per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea, patokan global minyak, untuk pengiriman Februari merosot 6 sen dolar AS menjadi menetap di US$37,22 dolar AS per barel di perdagangan London. “Pasar minyak menarik beberapa dukungan awal dari meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Iran setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka pada Sabtu atas tuduhan terorisme, memicu protes, dan kemudian memperburuk hubungan diplomatik,” kata Tim Evans dari Citi Futures.

Menurut dia, kekhawatiran langsung tersebut berkaitan dengan memanasnya ketegangan jangka panjang antara Saudi dan Iran, sehingga bisa meningkat menjadi konfrontasi militer lebih langsung yang akan menempatkan produksi dan pengiriman minyak dari kawasan ini berisiko.

Tetapi kenaikan harga awal itu melempem karena para pedagang kembali fokus ke kelebihan pasokan global berkepanjangan dan laporan lemah lain pada manufaktur di Tiongkok, konsumen energi terbesar dunia.

Namun, pertikaian antara Arab Saudi dan Iran tidak menimbulkan risiko nyata gangguan pada minyak pada saat ini, kata mitra pendiri Again Capital, John Kilduff. “Secara keseluruhan kelebihan pasokan satu-satunya kekuatan tidak bergerak pada saat ini dan perang semacam itu tidak akan menghentikannya,” tambah dia.

Evans menunjuk ketegangan Saudi-Iran juga membuat agak lebih sulit untuk 13 anggota kartel OPEC untuk mencapai kesepakatan apapun yang dapat membatasi pasokan.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak OPEC bulan lalu memutuskan untuk tidak memangkas tingkat produksi guna menopang harga minyak mentah, malah memilih untuk mempertahankan pangsa pasar menghadapi persaingan dari produksi minyak serpih Amerika Utara.

Kilduff mengatakan bahwa data manufaktur Tiongkok yang buruk menekan sentimen. Kegiatan pabrik di negara itu jatuh ke titik terendah dalam seperempat abad pada Desember, kontraksi ke-10 bulan berturut-turut pada sektor tersebut. (LH)