JAKARTA – Setelah terdongkrak kesepakatan pemangkasan produksi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) akhir pekan lalu, harga minyak dunia terus tertekan seiring laporan persediaan bahan bakar minyak Amerika Serikat yang meningkat lebih besar dari perkiraan.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun US$1,16 menjadi menetap dilevel US$49,77 per barel di New York Mercantile Exchange pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Demikian pula patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari, merosot US$0,93 menjadi ditutup US$53,00 per barel di London ICE Futures Exchange.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya, Rabu, persediaan minyak mentah turun 2,4 juta barel selama pekan yang berakhir 2 Desember, mengalahkan konsensus pasar. Namun, stok bensin naik 3,4 juta barel, lebih tinggi dari ekspektasi pasar naik 1,9 juta barel. Persediaan distilasi, yang termasuk minyak diesel dan pemanas, meningkat sebesar 2,5 juta barel, melebihi ekspektasi untuk kenaikan 1,8 juta barel, menurut laporan EIA.

Para analis mengatakan laporan itu secara keseluruhan “bearish”, memperdalam kekhawatiran para investor tentang kelebihan pasokan di pasar global.

Sehari sebelumnya, harga minyak juga jatuh menghentikan kenaikan empat sesi berturut-turut, karena pasar mengkhawatirkan rekor produksi dan reaksi produsen-produsen minyak serpih AS dapat merusak kesepakatan pemangkasan produksi OPEC.(AT/ANT)