JAKARTA-  Harga minyak mentah dunia naik pada Selasa (Rabu pagi WIB), memperpanjang pemulihan dari posisi rendah tujuh tahun karena investor waspada menunggu keputusan tingkat bunga The Federal Reserve yang diperkirakan naik untuk pertama kalinya sejak 2006.

Patokan Amerika Serikat, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Januari 2016 naik untuk kedua hari, bertambah US$1,04 atau US$2,9% menjadi berakhir pada US$37,35 per barel di New York Mercantile Exchange.

Di London, patokan harga minyak global, minyak mentah Brent, untuk penyerahan Januari ditutup pada US$38,45 per barel, naik US$53 sen (1,4%) dari penutupan Senin.

“Bagian terbesar dari rally adalah fungsi dari orang yang melakukan penyesuaian posisi hari ini, membeli kembali posisi yang mereka ambil pekan lalu dengan ekspektasi harga jatuh,” kata Bob Yawger dari Mizuho Securities USA seperti dikutip kantor berita AFP.

Harga-harga mulai berbalik naik di New York pada Senin setelah WTI sempat jatuh di bawah US$35 untuk pertama kalinya sejak Februari 2009, selama krisis keuangan global.

Harga minyak telah jatuh selama enam sesi berturut-turut karena pasar menghadapi kelebihan pasokan global jangka lama yang tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan hingga tahun depan.

Matt Smitt dari ClipperData menunjuk dukungan pasar dari Menteri Perminyakan Nigeria Emmanuel Kachikwu, yang menyerukan pertemuan darurat OPEC jika harga tetap pada tingkat rendah sampai Februari 2016.

Penurunan harga diperburuk oleh keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 4 Desember 2015 yang menghapus batas produksi karena 13 negara kartel menolak memangkas kembali produksi mereka untuk melawan kemerosotan harga.

Harga minyak telah jatuh lebih dari 60% sejak Juni 2014 karena mengendurnya permintaan global dan pelambatan di pasar-pasar utama termasuk Tiongkok.

Mike Dragosits dari TD Securities mengatakan investor akan terfokus pada bagaimana The Fed menjelaskan kenaikan suku bunganya yang diantisipasi.

“Apakah mereka akan menaikkan suku bunga, mungkin bukan isu yang tepat sekarang,” kata dia. (DR)