JAKARTA– Harga minyak dunia berakhir naik pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) karena produsen-produsen minyak utama menyatakan dukungan mereka untuk memperpanjang kesepakatan pemangkasan produksi.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, menambahkan US$1,26 menjadi menetap di US$53,90 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, naik US$1,14 menjadi ditutup pada US$60,44 per barel di London ICE Futures Exchange.

Arab Saudi dan Rusia sama-sama menyatakan dukungan mereka untuk memperpanjang kesepakatan global untuk mengurangi pasokan minyak selama sembilan bulan lagi, kata seorang pejabat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Jumat (27/10), seperti dikutip Reuters.

OPEC dan mitra non-OPEC telah berjanji untuk mengurangi produksi sekitar 1,8 juta barel per hari sampai akhir Maret 2018, untuk mengurangi kelebihan pasokan global. Mereka diperkirakan akan membahas perpanjangan kesepakatan tersebut dalam sebuah pertemuan di Wina, Austria pada 30 November.

Harga minyak juga mendapat dukungan, setelah Bank Dunia memproyeksikan harga-harga komoditas global akan terus meningkat pada 2018, mengingat permintaan terus bertambah dan pemotongan produksi yang disepakati di antara eksportir minyak, laporan triwulanan Bank Dunia mengatakan pada Kamis (26/10).

Dalam laporan Prospek Pasar-pasar Komoditas (Commodity Markets Outlook), Bank Dunia memperkirakan harga minyak mentah akan naik menjadi US$56 per barel pada 2018, dari US$53 tahun ini.

Permintaan dan pengekangan minyak yang kuat di negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan produsen-produsen non-OPEC menaikkan harga minyak, meski terjadi peningkatan dalam produksi minyak serpih AS, kata bank tersebut.

Harga-harga untuk komoditas energi yang meliputi minyak, gas alam, dan batu bara diperkirakan akan tumbuh 4,0 persen pada 2018 setelah melonjak 28 persen tahun ini. Sementara harga-harga logam diperkirakan akan stabil pada 2018 setelah melonjak 22 persen tahun ini.

“Harga-harga energi pulih karena permintaan yang stabil dan penurunan persediaan, namun banyak bergantung pada apakah produsen minyak berusaha untuk memperpanjang pemotongan produksi,” kata John Baffes, penulis utama laporan Bank Dunia tersebut, seperti dikutip Xinhua. (DR/ANT)