JAKARTA-Harga minyak mentah di pasar global menguat pada trading Jumat atau Sabtu (23/9) akhir pekan ini, melambung ke level tertinggi dalam sebulan terakhir. Para produsen minyak penting akan menunggu sampai Januari 2018 sebelum memutuskan apakah memperpanjang kesepakatan pemangkasan produksi lebih dari kuartal pertama tahun depan.

Harga minyak WTI naik US$11 sen ke level US$50,66 per barel. Ini adalah level tertinggi sejak 24 Mei 2017. Sedangkan harga minyak Brent naik US$38 sen ke level US$56,81 barel. Kontrak harga Brent di awal sesi sempat di posisi US$56,87 per barel yang adalah posisi tertinggi sejak 1 Maret.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen minyak utama lainnya membuka ruang dan mungkin menunggu sampai Januari sebelum memutuskan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi mereka melampaui kuartal I 2018.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak menyatakan tidak ada kesepakatan yang diharapkan sebelum bulan Januari kecuali para menteri perminyakan menyarankan keputusan dapat diambil  sebelum akhir tahun ini. Seperti dikutip Reuters, Novak yakin Januari adalah waktu paling cepat saat benar-benar dapat secara kredibel berbicara tentang posisi market. Para menteri perminyakan lain menyarankan keputusan dapat dibuat tahun ini.

Lembaga riset energi, Baker Hughes menginformasikan total rig yang beroperasi di Amerika Serikat turun lima menjadi total 744.

Tony Headrick, analis pada CHS Hedging LLC, mengatakan penguatan harga minyak yang terjadi bukan sesuatu yang mengejutkan terkait OPEC menunda kesepakatan. Mengacu dari hasil meeting OPEC, sinyal bahwa market bergerak menuju keseimbangan.

Tony mencermati kuatnya permintaan dari industri penyulingan khususnya industri migas di Eropa. Hal itu akan mendukung pergerakan harga Brent dan juga minyak WTI. (DR)