JAKARTA– Harga minyak mentah dunia naik lebih dari dua persen pada Rabu (Kamis pagi WIB) dengan minyak mentah AS berakhir di tingkat tertinggi dalam 15 bulan, setelah pemerintah melaporkan penurunan besar mengejutkan dalam persediaan untuk minggu keenam dari tujuh minggu.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, naik US$1,31 atau 2,6 persen menjadi menetap di US$51,60 per barel, penutupan tertinggi sejak 14 Juli. Puncak sesi ini mencapai US$51,93 yang juga tertinggi dalam 15 bulan.

Tetapi dengan berakhirnya kontrak berjangka November pada Kamis, kontrak November terlihat diperdagangkan lebih ringan daripada WTI untuk pengiriman Desember, yang mencapai tertinggi lima bulan di US$52,22 per barel. Kontrak Desember untuk bulan depan dimulai pada Jumat (21/10).

Sementara itu, minyak mentah Brent yang diperdagangkan di Londonrent, patokan dunia untuk minyak mentah, ditutup naik US$99 sen, atau 1,9 persen, menjadi US$52,67 per barel.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah turun 5,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 14 Oktober. Para analis yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan EIA akan melaporkan penambahan stok minyak mentah 2,7 juta barel.

Adalah hal yang umum untuk stok minyak mentah meningkat pada saat seperti sekarang, ketika kilang-kilang memasuki periode perawatan, produksi bensin dan produk-produk lainnya berkurang. Kilang beroperasi hanya pada 88 persen dari kapasitas minggu lalu, kata EIA.

Badan itu mengatakan impor minyak mentah AS turun sebesar 912.000 barel per hari pekan lalu menjadi 6,47 juta barel per hari, terendah sejak November 2015, membantu mendorong persediaan lebih rendah.

“Ini laju impor terendah dalam sekitar 16 bulan terakhir mengejutkan mengingat fakta bahwa produksi OPEC baru-baru ini mencapai tingkat rekor yang akan menyiratkan ketersediaan mudah,” kata Jim Ritterbusch dari konsultan pasar minyak Ritterbusch & Associates yang berbasis di Chicago seperti dikutip Antara dari Reuters.

Beberapa pelaku pasar tidak terkesan dengan penurunan persediaan minyak mentah, mengutip penambahan bensin yang besar 2,5 juta barel untuk pekan lalu dibandingkan perkiraan untuk penurunan 1,3 juta barel.

“Sementara angka utama bullish, kita tidak akan menyebutnya sangat bullish,” kata Tariq Zahir, pedagang minyak mentah di Tyche Capital Advisors di New York.

Minyak telah reli lebih dari 15 persen selama tiga minggu terakhir setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengusulkan untuk menurunkan produksi pertama mereka sejak 2008 guna mengendalikan kelebihan pasokan global.

Khalid al-Falih, Menteri Energi Arab Saudi, yang mendominasi OPEC, mengatakan pada konferensi Minyak & Uang di London “fundamental sedang membaik dan pasar jelas menyeimbangkan” setelah harga jatuh di bawah 30 dolar AS dari tertinggi 2014 di atas 100 dolar AS per barel.

Tetapi Rex Tillerson, Kepala Eksekutif Exxon Mobil, perusahaan minyak tercatat terbesar di dunia, mengatakan kepada konferensi yang sama ia memperkirakan produksi minyak serpih AS, yang bertanggung jawab untuk membanjirnya pasokan, akan “rebound” (pulih) pada harga saat ini. (DR)