JAKARTA– Harga minyak mentah dunia berakhir lebih rendah pada Rabu (Kamis pagi WIB) karena data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah AS pekan lalu naik lebih banyak daripada yang diperkirakan.

Patokan AS, minyak mentah light atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, berkurang 0,20 dolar AS menjadi menetap di US$48,04 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, turun US$0,32 menjadi ditutup pada US$50,64 per barel di London ICE Futures Exchange.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (22/3) bahwa persediaan minyak mentah negara itu naik hampir lima juta barel menjadi 533,1 juta barel selama pekan lalu, jauh melampaui perkiraan untuk peningkatan 2,8 juta barel.

Para analis mengatakan harga minyak berada di bawah tekanan karena meningkatnya produksi AS mengangkat kekhawatiran pasar tentang kelebihan pasokan minyak global.
Penurunan harga minyak mentah WTI kali ini kian signifikan. Kendati begitu, analis menilai tren jangka pendek harga minyak WTI masih tetap bearish.

Menurut laporan yang dilansir Bloomberg, para analis menilai beban yang datang dari kenaikan pasokan AS masih terus membayangi pergerakan harga minyak. Terbaru, American Petroleum Institute mencatatkan stok minyak mentah mingguan AS naik 4,53 juta barel pekan lalu.

Data EIA diduga menunjukkan kenaikan pasokan sebesar 1,9 juta barel atau menutup turunnya pasokan sebesar 200.000 barel pekan lalu. Bahkan Bloomberg Survey memperkirakan stok minyak mentah AS minggu lalu bisa naik 3 juta barel menjadi 531,2 juta barel.

Sejak awal 2017 , stok nasional AS sudah naik sekitar 49 juta barel dan tentunya ini buruk bagi keberlanjutan harga minyak mentah. Beban tidak hanya datang dari AS tapi juga dari Libya. Dua pelabuhan pengiriman terbesar Libya yakni Es Sider dan Ras Lanuf diprediksi siap kembali beroperasi setelah dua pekan terhenti akibat serangan militer.

Jika nantinya kedua pelabuhan ini aktif lagi maka akan ada pasokan dari Libya yang siap membanjiri pasar global. Produksi Libya pada Februari 2017 diperkirakan naik menjadi 646.000 barel dibanding bulan sebelumnya yang hanya 621.000 barel per hari. (DR)