JAKARTA– Harga minyak mentah global masih di perdagangkan di bawah level US$ 50 per barel. Pada perdagangan Sabtu (18/3), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan sebesar 0,06% menjadi US$48,78 per barel, sedangkan untuk harga minyak Brent mengalami kenaikan tipis sebesar 0,04% menjadi US$51,76 per barel.
Sepanjang bulan berjalan ini, harga minyak WTI sudah melemah sebesar 9,38%, sedangkan harga minyak Brent turun sebesar 8,16%.

Pelemahan dolar Amerika Serikat mengakibatkan harga minyak dunia berakhir lebih tinggi. Dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya pada Jumat (17/3) karena investor terus mencerna pernyataan Federal Reserve yang dovish.

The Fed memutuskan untuk menaikkan kisaran target untuk suku bunga acuan federal fund sebesar 25 basis poin menjadi 0,75-1,0%, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan dua hari pada Rabu (15/3).

Prospek harga minyak dunia bisa kembali menanjak setelah Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memangkas produksi demi menstabilkan harga pada akhir tahun lalu. Namun, kondisi pasar fisik minyak dunia disebut masih mengalami penumpukkan pasokan yang membuat tren harga minyak saat ini cenderung tertekan.

Oliver Jakob, Managing Director dari konsultan Petromatrix GmbH, mengatakan kondisi pasar fisik minyak hingga kini tidak benar-benar terjadinya pengurangan pasokan maupun kenaikan permintaan yang tinggi.

“Pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC memang sudah cukup baik agar kelebihan pasokan yang terjadi dalam tiga tahun ke belakang tidak terulang. Namun, tidak cukup memberikan dorongan untuk harga minyak kembali pada kisaran US$60 sampai US$70,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg.

Tanda-tanda kelebihan pasokan kembali mulai terlihat pada kawasan Eropa, Afrika Barat, dan AS yang membuat harga minyak Brent cenderung melemah. Saat ini, di Afrika Barat, penjualan minyak justru cenderung lebih lambat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Sementara itu, di AS, antara wilayah produksi minyak dan tempat penyimpanan mengalami limpahan pasokan yang sangat besar.

Dari segi nilai transaksi kontrak berjangka jangka panjang untuk harga minyak WTI dan Brent, pada 23 Februari 2017 sempat mencatatkan nilai tertinggi sejak akhir tahun lalu OPEC mengumumkan rencana pemangkasan produksi yakni senilai US$56 miliar, tetapi pada 24 Februari 2017 nilai itu langsung menciut menjadi US$49,3 miliar.

Aksi jual pada pasar berjangka itu memperkuat kondisi pasar fisik yang kembali mengalami pasokan yang berlimpah.

Dominic Haywood, analis Energy Aspect Ltd, mengatakan, pasar minyak kembali membutuhkan harga yang lebih rendah setelah sejak tahun lalu AS mulai membuka keran ekspor minyaknya. “Permintaan dari Afrika Barat melemah karena harus bersaing dengan AS dalam menjual minyaknya ke Asia,” ujarnya. (DR)