JAKARTA – Setelah mengalami tekanan pada pekan lalu, harga minyak dunia kembali rebound ke posisi tertinggi dipicu beberapa faktor seperti berkurangnya surplus akibat adanya gangguan produksi hingga langkah Arab Saudi yang menaikan harga minyaknya.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik US$1,07 menjadi US$49,69 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Di London, minyak mentah Brent North Sea, patokan Eropa, untuk pengiriman Agustus naik 91 sen menjadi US$50,55 per barel.

Gangguan produksi di Nigeria masih terjadi selama beberapa pekan akibat adanya serangan militan di sana. Pengurangan produksi di Nigeria menjadi hanya 1,4 juta barel per hari, jauh di bawah yang telah direncanakan pemerintah yakni 2,2 juta barel per hari. Meskipun pada akhir pekan, Exxon mengumumkan telah mencabut force majeure di Qua Iboe, aliran ekspor terbesar negara itu. “Kekhawatiran pasokan terus berlanjut di tengah ancaman sabotase lebih lanjut dari Niger Delta Avengers,” kata Matt Smith dari ClipperData.

Kebijakan Arab Saudi dalam beberapa waktu belakangan ini juga makin membuat harga minyak terdorong naik. Arab Saudi juga sempat menyatakan tekadnya untuk membuat harga minyak dunia berada di posisi 60 dollar per barel.

Ali Majed Al Mansoori, Ketua Departemen Pembangunan Ekonomi Abu Dhabi, mengatakan surplus minyak dunia turun menjadi 1,2 juta dari 1,5 juta barel per hari dan telah menyusut lebih cepat dari yang diharapkan.

“Dengan pemulihan pasar di jalurnya, kisaran harga 55 dolar AS hingga 60 dolar AS per barel dimungkinkan pada tahun ini,” kata Mansoori.(RI/ANT)