JAKARTA – Defisit pasokan jangka pendek karena gangguan produksi mendorong harga minyak dunia melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir dan mendekati level US$50 per barel pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB).

Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Juni naik US$1,51 menjadi US$47,72 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak Brent North Sea untuk pengiriman Juli naik US$1,14 ke level US$48,97 per barel di perdagangan London.

Laporan yang banyak dikutip oleh raksasa perbankan Amerika Serikat menyatakan gangguan pasokan di Nigeria dan permintaan yang secara keseluruhan lebih baik telah menciptakan krisis pasokan mengejutkan dalam jangka pendek.”Karena perubahan-perubahan ini kekuatannya signifikan, pasar minyak telah pergi dari mendekati kejenuhan penyimpanan menjadi defisit jauh lebih awal dari yang kami perkirakan,” kata Goldman seperti dikutip kantor berita AFP.

Selain Nigeria, pasar minyak juga memonitor gangguan produksi di Kanada karena kebakaran hutan dan krisis politik di Venezuela yang diperkirakan menahan produksi negara pengekspor minyak Amerika Selatan itu.

Tim Evans, analis Citi Futures memandang pasar berada pada posisi overbought dan rentan terhadap koreksi.

Badan Energi Internasional (IEA) pekan lalu memprediksi kelebihan pasokan akan menyusut di paruh kedua tahun ini, sebagian karena permintaan lebih kuat daripada perkiraan dari India.Namun, Goldman memberikan proyeksi yang meredam hingga setelah 2016, produksi kuat di Irak dan Iran, di antara faktor-faktor lain, akan menggeser pasar kembali menjadi surplus pada kuartal pertama 2017, menjaga harga level US$45 per barel.(AT/ANT)