JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk (ADARO), salah satu produsen batu bara thermal terbesar nasional, mencatat penurunan volume penjualan batu bara sebesar 13% menjadi 12,03 juta ton pada kuartal I 2017 dibanding periode yang sama tahun lalu 13,47 juta ton. Namun dengan harga jual rata-rata yang naik 39% dibanding kuartal I 2016, Adaro mencatat pendapatan US$727 juta pada tiga bulan pertama tahun ini atau naik 24% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Disisi lain beban pokok pendapaan naik 18% menjadi US$509 juta seiring kenaikan nisbah kupas dan harga bahan bakar. Namun Adaro terus mempertahankan upaya efisiensi dan keunggulan operasional di sepanjang rantai pasokan yang terintegrasi vertikal.

Seiring dengan kenaikan pendapatan yang lebih tinggi dibanding beban pokok, Adaro mencatat kenaikan laba kotor 40,9% menjadi US$217,58 juta pada kuartal I 2017 dibanding periode yang sama tahun lalu. Laba bersih Adaro juga tercatat naik 62,74% menjadi US$97,13 juta dibanding kuartal I 2016 sebesar US$59,68 juta.

Garibaldi Thohir, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy, mengatakan di tengah kondisi yang fluktuatif, Adaro terus menjunjung keunggulan operasional dan berfokus pada efisiensi dan produktivitas di ketiga pilar pertumbuhan perusahaan.
“Prestasi yang baik di awal tahun ini menunjukkan kekuatan model bisnis kami yang terintegrasi vertikal. Adaro berada di posisi yang baik untuk menghadapi tantangan maupun peluang yang ada,” ujar Garibaldi.

Adaro mencatat EBITDA operasional sebesar US$276 juta pada kuartal I 2017, naik 44% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sepajang tahun ini, perseroan menargetkan EBITDA operasi sebesar US$900 juta hingga US$1,1 miliar.

Laba inti atau laba yang dihasilkan bisnis inti setelah pajak, naik 63% menjadi US$132 juta pada kuartal I 2017. Adaro juga berhasil menjaga likuiditas yang kuat sebesar US$1,19 miliar dengan menghasilkan arus kas yang kuat dan memberikan keleluasaan dan penunjang dalam menghadapi dinamika pasar batu bara.

Penjualan E4900 terus mendominasi portofolio penjualan Adaro dan meliputi 57% penjualan. Pada kuartal I 2017, Adaro menjual 30% batu bara ke pelanggan domestik, sejalan dengan strategi untuk memprioritaskan volume dalam negeri, Malaysia menempati posisi kedua seiring peningkatan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di negara tersebut. Penjualan ke India dan China masing-masing turun 5% dan 2% akibat alokasi prioritas bagi pelanggan utama perusahaan, termasuk pasar domestik.

Produksi batu bara nasional pada kuartal I 2017 diwarnai curah hujan yang lebih tinggi. Hal ini juga terlihat pada kinerja produksi batu bara Adaro yang turun 6% menjadi 11,86 juta ton. Produksi batu bara perseroan meliputi produksi PT Adaro Indonesia, PT Semesta Centramas dan Adaro MetCoal Companies. Pengupasan lapisan tanah penutup (overburden removal) naik 2% menjadi 54,76 juta bank cubic meter (bcm), sehingga nisbah kupas gabungan mencapai 4,62 kali.(AT)