JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS), badan usaha milik negara di sektor pertambangan timah, berambisi menargetkan kinerja keuangan 2017 meningkat signifikan dengan mematok target laba bersih Rp862 miliar atau naik 242% dibanding realisasi laba bersi tahun lalu Rp 251,969 miliar. Kenaikan laba bersih Timah akan ditopang dari target peningkatan volume penjualan logam timah dan proyeksi harga timah yang masih terus meningkat sepanjang tahun ini.

Pasokan yang masih terbatas, termasuk akibat pengetatan aturan ekspor timah dari Indonesia di tengah permintaan yang masih tinggi membuat harga timah diprediksi akan terus menguat pada 2017.

“Harga rerata timah diperkirakan bisa mencapai US$21,750 per metrik ton pada 2017,” ujar M Riza Pahlevi Tabrani, Direktur Utama Timah.

Pada penutupan perdagangan 30 Desember 2016, harga timah di London Metal Exchange mencapai US$21.100 per metrik ton. Harga timah saat itu jauh meningkat dibanding penutupan 30 Desember 2015 sebesar US$14.600 per metrik ton.
Kenaikan harga timah tahun ini antara lain dipicu produksi dan persediaan timah dunia yang menurun dan disisi lain permintaan tetap tinggi. Penurunan persedian timah terjadi sebagai imbas aksi penyelamatan lingkungan, sehingga industri timah memangkas produksi seperti yang terjadi di China dan Indonesia.

Pada penutupan 30 Desemeber 2016, stok timah di LME anjlok 3.746 ton, jauh menyusut dibanding stok penutupan 30 Dsember 2015 sebesar 6.140 ton.

Berdasarkan data CRU konsumsi logam timah 2016 mencapai 352.700 metrik ton dan produksi 341.390 metrik ton, sehingga ada kekurangan logam timah sebesar 11.310 metrik ton.
Tingginya permintaan komoditas timah dunia sejalan dengan menggeliatnya industri elektronik, manufaktur dan produk kimia. Permintaan timah dalam jumlah besar berasal dari China, Taiwan, Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Menurut Riza, optimisme prospek cerah akan permintaan komoditas timah sejalan dengan prediksi lembaga-lembaga ekonomi dunia yang menyebut pertumbuhan ekonomi dunia dan Indonesia akan lebih baik pada tahun ini.
Dana Moneter Internasional misalnya, memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,5 persen dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1 persen.

“Pertumbuhan ekonomi meningkat, otomatis industri elektronik, manufaktur dan produk kimia yang menggunakan timah akan meningkat,” kata dia.

Pada tahun ini Timah menargetkan volume penjualan logam timah sebesar 35.550 metrik ton pada tahun ini, naik 33,3 persen dibanding realisasi penjualan 2016 sebesar 26.670 metrik ton. Selain volume penjualan, Timah dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017 menargetkan produksi bijih timah sebesar 35.100 ton dan produksi logam timah 35.550 ton.(AT)