JAKARTA- Tren harga batubara yang terus merangkak naik mendorong perusahaan pertambangan batubara meningkatkan target produksi. Salah satu perusahaan yang memproyeksikan kenaikan produksi adalah PT ABM Investama Tbk (ABBM).

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Harga Batu bara Acuan (HBA) periode Desember 2016 naik 19,79% secara bulanan (month on month/mom) menjadi US$101,69 per ton, kenaikan level tertinggi sejak Mei 2012. Bahkan di Bursa Newcastle, harga batu bara sepanjang tahun lalu juga melonjak 97,25%. Sementara itu, pada penutupan perdagangan pekan lalu, harga batu bara di Bursa Newcastle untuk kontrak Maret 2017 turun 1,14% menjadi US$82,5 per ton.

ABM Investama tahun ini menargetkan produksi bertambah 2,5 juta ton berkat operasional tambang baru PT Media Djaya Bersama (MDB) yang dikelola oleh subholding PT Reswara Minergi Hartama di Nanggroe Aceh Darussalam. Alhasil, tambahan produksi diestimasi mengerek produksi menjadi 8,8 juta ton atau naik 39% dibandingkan dengan posisi Desember 2016. Selain MDB, Reswara juga memiliki dua perusahaan lain di Aceh, yaitu P% Mifa Bersaudara dan PT Bara Energi Lestari. Kecuali itu, Reswara juga punya PT Tunas Inti Abadi yang menambang batubara di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Reswara memproyeksikan tambang Tunas Inti Abadi dipertahankan produksinya tetap di level 5, juta ton. Semenyara untuk dua tambang di Aceh akan dipacu produksinya menyentuh level tiga juta ton. Dengan demikian, secara keseluruhan, perusahaan tahun ini akan memproduksi , juta ton.

“Kami ada tambang baru yang beroperasi tahun ini dan harga batu bara sedang naik, jadi momentumnya pas,” kata Adrian Erlangga, Direktur Keuangan PT ABM Investama Tbk.

Kualitas batubara yang diproduksi ABM Investama melalui cucu usahanya juga berbeda. Di tambang Aceh kualitas batubara rendah dengan kalori 3.400 kcal/kg, sedangkan di Kalimantan Selatan sebesar 4.100 kcal/kg. Batubara ABM Investama diekspor ke India. Dengan tambahan produksi batubara tahun ini, pendapatan ABM Investama diproyeksikan meningkat.

Adrian mengatakan, secara keseluruhan pendapatan perseroan tahun ini bakal naik paling sedikit 15%. Kenaikan harga batu bara bakal menjadi lokomotif pertumbuhan karena 85% pendapatan ABMM disumbang dari bisnis batu bara. Selain memiliki tambang, ABMM juga memiliki perusahaan kontraktor jasa tambang, PT Cipta Kridatama.

Hingga kuartal I 2016, pendapatan ABM Investama dari tambang dan kontraktor batu bara mencapai US$ 272,54 juta atau turun 11% secara tahunan. Ini setara 64% terhadap total pendapatan perusahaan sebesar US$425,81 juta. (DR)