JAKARTA- Harga batu bara untuk kontrak Februari 2017, kontrak teraktif di Bursa Rotterdam, Belanda ditutup menguat 4,39% atau 3,70 poin ke level US$ 88 per ton atau rebound pada penutupan perdagangan Selasa (17/1) setelah sebelumnya tercatat US$ 84,30 per ton atau turun 0,71% dibandingkan penutupan perdagangan 13 Januari sebesar US$ 84,90 per ton. Kenaikan harga batubara itu mampu mencetak level tertinggi baru dalam perdagangan satu tahun terakhir.

Laporan yang dirilis Reuters menyebutkan penguatan harga batu bara ini sejalan dengan minyak West Texas Intermediate yang menguat. WTI untuk pengiriman Februari naik US$11 sen ke posisi US$52,48 per barel di di New York Mercantile Exchange.Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Maret turun 39 sen atau 0,7% ke level US$55,47 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London.

Kenaikan harga batubara global diproyeksikan menambah gairah pelaku bisnis di Tanah Air. Apalagi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menargetkan tahun ini produksi batu bara nasional sebesar 413 juta ton. Sementara total domestic market obligation (DMO) batu bara sebanyak 121 juta ton. Namun, berdasarkan dokumen rencana kerja anggaran belanja (RKAB) 2017 dan rencana produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), produksi batu bara nasional tahun ini diperkirakan bakal menembus angka 489 juta ton.

Produksi sebesar itu dihasilkan dari pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) sebesar 311 juta ton, IUP Penanaman Modal Asing (PMA) 17,2 juta ton, IUP BUMN 23,2 juta ton, dan IUP Provinsi 137 juta ton. (DR)