JAKARTA – Pergerakan harga komoditas batu bara diawal 2018 terus menunjukkan tren peningkatan. Bahkan, harga batu bara acuan (HBA) pada Februari 2018 tembus US$100,69 per ton, atau naik 5,39 % dibanding Januari 2018 sebesar US$ 95,54 per ton.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan salah satu penyebab utama masih terus meningkatnya harga batu bara adalah faktor eksternal, yakni peningkatan permintaan akan batu bara dari negara-negara Asia.

“Permintaan China, India dan Vietnam terus meningkat, itu jadi salah penyebabnya,” kata Agung saat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (6/2).

Menurut Agung, peningkatan aktivitas pembangkit listrik bertenaga batu bara misalnya di China menjadi salah satu penyebab peningkatan konsumsi beberapa negara konsumen utama batu bara dunia tersebut.

Kenaikan HBA pada Februari 2018 tentu akan memberikan pengaruh terhadap PT PLN (Persero) yang 60% pembangkit listriknya bertenaga batu bara.

Agung mengatakan pemerintah menyadari dengan kondisi HBA tembus US$ 100 per ton akan memberikan tekanan lebih besar kepada PLN, namun pemerintah tetap tidak akan merubah kebijakan terhadap penetapan harga tarif listrik tersebut.

“Sesuai dengan surat sebelumnya bahwa BBM dan listrik tidak naik sampai akhir Maret 2018. Pemerintah konsisten dengan itu,” tegas dia.

Sebagai gantinya, pemerintah telah memfasilitasi PLN dan pelaku usaha tambang batu bara untuk menentukan formulasi harga batu bara dalam negeri untuk pembangkit listrik.

“Pemerintah sekarang sedang duduk bareng bersama PLN dan pelaku usaha bagaimana kemudian mencari formulasi, sehingga kemudian kita mendapatkan harga batu bara untuk dalam negeri yang bisa kemudian memberikan manfaat buat semua pihak. Intinya itu,” papar Agung.

Pemerintah, lanjut dia, berharap formulasi harga batu bara untuk dalam negeri tersebut nantinya akan bisa berlaku setiap saat, meskipun terjadi fluktuasi harga. Dengan begitu, tidak akan terlalu berdampak besar terhadap keuangan PLN maupun tarif listrik dan juga kepentingan pelaku usaha, meskipun harga batu bara turun atau pun naik drastis.

“Ini sedang dibicarakan formulasinya,” tandas Agung.(RI)