Peta Blok Migas Karama di Selat Makassar.

JAKARTA – Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Statoil akhirnya mengembalikan mengembalikan Wilayah Kerja (WK) Blok Karama, setelah enam tahun melakukan eksplorasi dan menghabiskan biaya USD 271 juta.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Hadi Prasetyo pada Rabu, 23 Januari 2013 membenarkan, Statoil Indonesia bersama Pertamina Hulu Energi telah memutuskan, untuk mengembalikan seluruh WK di Blok Karama ke pemerintah.

Alasannya, meski telah berupaya optimal pada blok migas yang berada di Selat Makassar, Sulawesi Barat itu, namun dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, mengindikasikan tidak ditemukannya cadangan hidrokarbon (minyak dan gas, red) di WK tersebut.

Selama enam tahun, kata Hadi, Statoil telah melakukan seluruh komitmen kegiatan eksplorasi dan kewajiban yang disebutkan dalam perjanjian kontrak bagi hasil.

Adapun kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan adalah studi geologi dan geofisika, seismik 3D (tiga dimensi), dan pengeboran tiga sumur (sumur Gatotkaca, Anoman, dan Antasena).

Seluruh kegiatan eksplorasi di WK tersebut diperkirakan telah memakan biaya sebesar USD 271 juta. “Karena tidak menemukan cadangan yang ekonomis, seluruh biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor,” kata Hadi lagi.

(Abraham Lagaligo/abrahamlagaligo@gmail.com)