Gunung Sardjono Hadi, Chief Executive Officer (CEO) PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tampak sumringah saat hadir di GOR Simprug, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7) pagi pekan lalu. Mengenakan kaos putih berkerah, orang nomor satu di PHE ini pagi itu bersiap mengikuti lomba fun run kategori 5 kilometer. Lebih dari 1.000 mengikuti dua kegiatan, yaitu fun run 10 km dan 5 km serta fun walk 5 km guna memeriahkan 10 tahun atau satu dekade PHE.

Di bawah kepemimpinan Gunung, kinerja anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas itu tampak apik. Terbukti, pertumbuhan rerata produksi migas perseroan mencapai 14% dari 2008 hingga semester I 2017. Hal ini tentu saja berkat kerja keras  board of director dan manajemen serta seluruh karyawan PHE.

Guna mengetahui lebih jauh bagaimana proyeksi ke depan PHE di tengah pelemahan harga minyak mentah global, Dunia-Energi mewawancarai orang nomor satu di PHE itu di sela fun bike yang digelar dalam rangka HUT ke-10 PHE di Komplek Kampus Universitas Indonesia, Depok, baru-baru ini. Berikut petikannya.

Satu dekade sudah PHE berdiri. Bagaimanda Anda melihat usia perusahaan yang sudah menginjak 10 tahun?
Alhamdulillah, pencapaian PHE selama 10 tahun ini cukup menggembirakan. Produksi migas terus meningkat. Pada beberapa tahun memang produksi minyak kami agak turun, tapi itu strategi kami karena pada saat itu harga minyak lagi turun sehingga kami shifting ke gas. Tetapi secara oil equivalent, produksi kami meningkat cukup besar.

Bagaimana dengan kinerja finansial?
Dari kinerja finansial, alhamdulillah, pada 2015 kami sudah meng-generate cash flow positif demikian juga pada 2016. Insya Allah cash flow positif akan kami pertahankan. Profit kami juga terus meningkat, melebihi target yang diproyeksikan dalam RKAP. Seperti pada 2015-2016, dari target US$ 140 juta, kami bisa meng-generate hingga US$ 190 juta. Harapan kami pada 2017, profit juga meningkat.

Bagaimana dengan aspek HSSE?
Dari aspek HSSE, Alhamdulillah. Prestasi kami cukup menggembirakan. Tahun lalu, kami mendapatkan dua Proper Emas, yakni di West Madura Offshore (WMO) dan Jambi-Merang. Tahun ini kami menargetkan tambahan satu emas lagi dari Offshore North West Java (ONWJ). Term of ISRS (International Sustanibality for rating System) juga cukup bagus dan terus meningkat.  Seperti Jambi Merang, dari standar angka 7, malah bisa mencapai 8. Aspek Corporate Social Responsibility (CSR) juga tidak luput dari perhatian. Kami sudah melakukan pengelolaan, pembinaan  dan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar. Proper Emas yang kami dapatkan menjadi bukti karena salah satu poin penilaian dalam Proper adalah terkait kegiatan dan manfaat CSR yang didapatkan masyarakat sekitar. Kemudian dari  aspek lainnya, kami juga memperbaiki Continous Improvement Program (CIP) dari tahun ke tahun meningkat terus value creation-nya maupun gugusnya. Alhamdulillah, apresiasi seperti Platinum meningkat terus bahkan kami yang paling tinggi pada 2016 . Tetapi itu semua bukan merupakan ukuran atau ultimate goal kami. Ultimate goal kami tentu bagaimana setiap saat ingin melakukan perbaikan, sesuai dengan etos kerja di PHE.

Bisa Anda jelaskan bagaimana etos kerja di PHE?
Etos kerja di PHE selalu menekankan empat hal. Pertama, to be professional. Kedua, doing the best memberikan yang terbaik. Ketiga, team work. Dan keempat, integrity. Tentunya, empat etos  kerja ini mendukung 6C kinerja Persero. Alhamdulillah, dari tahun ke tahun ada peningkatan yang lebih bagus.

Etos kerja melekat pada karyawan dan implementasinya sesuai dengan visi dan misi perusahaan?
Kami di PHE mencoba memberikan yang terbaik. Artinya, musuh kami, kompetitor kami bukan orang lain, perusahaan lain yang sejenis tetapi kompetitor kami adalah diri kami sendiri. Bagaimana bisa melakukan perbaikan terus menerus. Apakah itu terkait dengan operasi, produksi, HSSE, kinerja keuangan, CSR dan sebagainya. Kami berharap, PHE bisa memberikan kontribusi secara holistik, artinya bisa memberikan manfaat kepada seluruh stakeholders. Baik kepada shareholders (pemegang saham) kemudian pekerja, masyarakat sekitar. Kami ingin memberikan yang terbaik kepada stake holders.

PHE kan berupaya memperbaiki kinerja, bahkan menjadi perusahaan kelas dunia. Bagaimana progresnya saat ini?
Kalau mapping dengan  beberapa oil company, kami sudah berada pada posisi yang cukup bagus. Memang dari beberapa parameter yang sudah kami susun, sebetulnya sudah layak kami mendeklarasikan diri sebagai world class company. Kami sampaikan ke  korporat bahwa kami sudah on the track dan sudah mencapai itu. Tinggal bagaiamana mempertahankan dan meningkatkan untuk beberapa poin, tidak semuanya.

Bagaimana Anda melihat perubahan kebijakan cost recovery ke gross split. Bukankah skema gross split bakal memengaruhi struktur keuangan perusahaan?
Gross split ini sesuatu yang baru dan sudah kami terapkan di ONWJ. Alhamdulillah, pemerintah sudah bisa mengakomodasi apa yang kami inginkan. Kami sudah mengimplementasikan Permen Nomor 8 tahun 2017, dimana ada base split,  variable split dan progressive split. Dari ketiganya  sudah kami implementasikan dan sudah mendapatkan persetujuan  dan kesepakatan dari SKK Migas dan Kementrian ESDM. Dan dari base split, variable, dan progressive split  sudah ketemu angkanya sekitar 60 persen.
Di luar itu, kami mendapatkan tambahan lima persen dan sudah disetujui,  tinggal menunggu surat resmi dari pemerintah. Artinya, dengan persetujuan kami melihat sebetulnya dengan konsep gross split, tidak merugikan PHE. Kalau kami bandingkan dengan Cost Recovery kurang lebih sama bahkan bisa lebih bagus karena kami masih punya ruang untuk melakukan cost eficiency. Kalau bicara cost, kami tidak lagi menggunakan Cost Recovery. Kedua, dengan Gross split, proses dalam pengadaan barang, kami tidak lagi menggunakan PTK 007. Kami bisa melakukan suatu sinergi integral maupun vertikal kepada anak perusahaan yang lain, kami bisa membuat PTK sendiri yang lebih  cepat.

Gross split memudahkan perusahaan untuk improvisasi?
Kami memiliki ruang untuk melakukan improvisasi, terkait masalah cost.  Kalau kami bisa melakukan cost eficiency, keuntungan tersebut buat kami. Kalau dulu PSC dibagi berdasarkan split. Selain bisa memberdayakan anak perusahaan sendiri kita juga bisa meningkatkan local content. Kalau bisa melakukan TKDN, kita bisa mendapatkan tambahan split.  Jadi sebetulnya secara umum, gross split sebetulnya cukup bagus, sepanjang split-nya yang diberikan bisa memberikan nilai yang bagus baik buat kontraktor maupun untuk pemerintah. Secara umum bahwa keinginan pemerintah pemerintah menggunakan skema gross eplit itu, di antaranya agar lebih cepat, kedua, lebih efisien. Itu bisa kita capai kalau kontraktor diberikan kesempatan untuk melakukan perhitungan keekonomian. Dan itu sudah  kita lakukan. Pemerintah pun sangat welcome.

Arinya, PHE mendukung perubahan kebijakan dari cost recovery ke gross split, ya?
Dengan pengalaman ONWJ, kami mendukung program pemerintah menggunakan skema gross split sehingga enam blok berikutnya pun siap menggunakan skema gross split. Kami sedang menyiapkan devaluasi review untuk  mengajukan nilainya dengan nilai split yang tentu saja berbeda setiap blok, bergantung pada nilai keekonomiannya. Tentunya, antisipasi  yang kami lakukan adalah bagaimana kita mengubah mind set selama. Kalau selama ini kami bekerja at any cost, nah sekarang kami harus lebih slektif, lebih prudent karena setiap pekerjaan, katakanlah kita melakukan eksplorasi dan itu dry hole, itu tidak akan di-cost recovery. Kemudian juga misalnya kita melakuakn  teknologi , tidak perlu yang wah, tetapi yang inovatif dan bisa memberikan manfaat, harganya efisien. Dengan opportunity seperti itu, memberi peluang bagi kami untuk bisa meningkatkan diri lagi. Intinya ada hal yang  perlu kita tingkatkan atau ubah. Pertama mengubah mind set, kedua bagaimana menerapkan seluruh pekerja bahwa kita tidak bisa bekerja tanpa perencanaan yang bagus dan tanpa mitigasi risiko. Mitigasi risiko harus benar-benar dilaksanakan. Kalau memang risikonya besar, kami berpikir ulang untuk melakukan pekerjaan tersebut.  Itu tantangan ke depan yang harus kami hadapai menurut saya bukan sesuatu yang harus kita takuti. Kalau kita bisa menghadapi tantangan itu saya yakin dan saya berharap kita akan  bisa mendapatkan benefit yang lebih baik lagi.

Kapan manajemen PHE akan melakukan evaluasi terhadap gross split?
Tentunya akhir 2017. Kami akan mengevaluasi karena ada beberapa permen yang belum bsia kita terapkan seperti soal aset, BUMD HSR dan sebagainya. Akhir tahun 2017, kami akan lihat itu.  (alp)