PLAJU – Pengembangan green refinery pertama di Indonesia yang dilakukan PT Pertamina (Persero) di Refinery Unit (RU) III, Plaju, Palembang dinilai menjadi era baru bagi industri Bahan Bakar Nabati (BBN) di Indonesia.

“Kita patut memberikan apresiasi kepada Pertamina yang telah concern terhadap produksi bahan bakar ramah lingkungan yang berasal renewable resources, dalam rangka menciptakan udara yang bersih dengan produksi BBM yang bersih,” ujar Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat kunjungan kerja ke RU III Plaju, Sumatera Selatan, Kamis, (17/1).

Pertamina, lanjut Jonan, harus terus membangun dan menyiapkan green energy untuk generasi masa depan.

“Inilah tantangan sekaligus peluang bagi Pertamina untuk terus menyediakan bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri,” kata Jonan dalam keterangan tertulisnya.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina yang mendampingi Jonan, mengatakan Kilang Plaju menjadi pilot project dalam pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan. Hal ini juga sekaligus untuk menjawab tantangan dunia agar bisnis migas mulai move on dari sumber energi fosil menuju green energy.

“Green energy merupakan bisnis masa depan yang banyak dinantikan pasar dunia. Indonesia memiliki sumber green energy yang besar utamanya minyak sawit. Untuk itu, Pertamina akan terus mengembangkan green energy dengan pilot project di Kilang Plaju,” kata Nicke.

Pengembangan green energy di Kilang Plaju tidak hanya akan menghemat kas Pertamina hingga US$160 juta atau Rp2,3 triliun per tahun, namun sekaligus mengurangi impor minyak hingga 7,36 ribu barel per hari (bph).

“Pengembangan green refinery sekaligus upaya Pertamina menyukseskan program pemerintah untuk perluasaan penggunaan B20 serta mengurangi impor BBM sehingga cadangan devisa akan terjaga,” kata Nicke.(AT)