Pembangkit listrik tenaga panas bumi yang dioperasikan Geo Dipa.

JAKARTA – PT Geo Dipa Energi (Persero), perusahaan pengembang panas bumi dibawah pembinaan Kementerian Keuangan, menargetkan produksi listrik 2019 sebesar 769 Giga Watt Hour (GWh). Produksi listrik berasal dari dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), yakni PLTP Dieng dan Patuha dengan kapasitas terpasang masing-masing 60 megawatt (MW).

“Pada 2019 kami bisa kejar kenaikan 5% dari realisasi tahun lalu menjadi 769 GWh, bahkan mudah-mudahan bisa diatas itu,” kata Riki F Ibrahim, Direktur Utama Geo Dipa Energi disela peresmian kantor pusat Geo Dipa di Jakarta, Selasa (22/1).

Pada 2018, realisasi produksi listrik Geo Dipa sebesar 744 Gwh atau 92%-94% dari target. Belum tercapainya target produksi pada tahun lalu karena kondisi beberapa infrastruktur di PLTP Dieng yang sudah tua.

“Install capacity total 120 MW, tapi ini (Dieng) unit lama, unit baru Patuha itu bagus. Total rata-rata 57-58 MW. Kalau yang di Dieng tahun 70an ya, nah itu perlu di retrofit dulu. Itu pun lebih baik dibanding 2017,” ungkap Riki.

Sepanjang 2018 Geo Dipa mencetak pendapatan sebesar Rp784 miliar laba bersih tercatat sebesar Rp 170 miliar dari target Rp 185 miliar.

Pada 2019, Geo Dipa mematok anggaran investasi sebesar Rp 857 miliar, dana itu akan digunakan untuk berbagai kegiatan perawatan sumur-sumur produksi, termasuk retrofit guna meningkatkan kehandalan fasilitas produksi di PLTP Dieng. “Untuk pengeboran, terus work over (sumur) mesin diretrofit tadi. Tapi tidak 100% retrofit,” tukasnya.

Selain Dieng dan Patuha, Geo Dipa Energi saat ini juga memiliki wilayah kerja panas bumi (WKP) lainnya yang masih dalam tahap eksplorasi siap produksi seperti WKP Candradimuka, Banjarnegara dengan kapasitas cadangan 90 MW.

WKP eksplorasi lainnya yaitu Arjuno Welirang, yang meliputi wilayah Kabupaten Mojokerto, Pasuruan Malang dan Kota Batu dengan kapasitas cadangan 120 MW dengan status tahap eksplorasi. Serta WKP Candi Umbul Telomoyo, yang meliputi Kabupaten Semarang, Magelang, Boyolali, Tumenggung dan Kota Salatiga dengan kapasitas cadangan 55 MW.(RI)