JAKARTA – Pengembangan Blok Kasuri, Papua Barat masih terkendala komersialitas hasil produksi akibat belum adanya pembeli gas. Padahal, Genting Oil Kasuri Pte Ltd, perusahaan asal Malaysia, yang menjadi operator Blok Kasuri sudah menggelontorkan sekitar US$900 juta untuk pengembangan 10 sumur dari tiga struktur yang akan dipercepat rencana pemgembangannya (plan of development/PoD).

“Lagi dibahas di SKK Migas, masalahnya sekarang pembeli gasnya belum jelas,” kata Taslim Z. Yunus, Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas).

Menurut Taslim, sebenarnya pihak Genting Oil sudah menerima banyak penawaran untuk pembelian gas, terutama untuk pabrik petrokimia. Namun dari banyaknya penawaran yang masuk belum ada yang sesuai dengan nilai keekonomian.

“Belum diputuskan harganya, yang menawarkan ada tapi harga rendah tidak masuk dalam keekonomian pengembangan lapangan. Nanti lagi dilihat apa Pupuk Indonesia yang mau bangun duluan . Yang jelas kita ingin komersialitas dari lapangan cepat,” ungkap dia.

Taslim mengatakan jumlah cadangan yang terbukti cukup besar, sehingga SKK Migas mendorong agar PoD Blok Kasuri bisa rampung pada tahun ini. Apalagi dana yang sudah dikeluarkan Genting Oil dalam kegiatan eksplorasi di struktur itu juga cukup besar.

SKK Migas menargetkan kapasitas produksi Blok Kasuri sebesar 285 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Sementara itu, Genting Oil menargetkan Blok Kasuri bisa on stream tiga tahun setelah PoD disetujui.

Selain tengah mencari pembeli gas, Genting Oil saat juga mencari mitra strategis yang mampu mengembangkan hasil produksinya tidak hanyabuntuk kebutuhan domestik tapi juga untuk ekspor.

“Sudah berjalan, tapi belum diputuskan. Yang jelas dia cari mitra, bukan hanya untuk di Indonesia saja tapi juga untuk dunia,” tandas Taslim.(RI)