JAKARTA – General Electric (GE) Power merupakan salah satu perusahaan pendukung pembangunan pembangkit listrik dalam negeri yang memiliki kemampuan untuk memproduksi boiler untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) kapasitas 1.000 megawatt (MW).
Handry Satriago, CEO GE Indonesia, mengungkapkan bahwa pihaknya telah membuktikan bahwa batu bara bisa terus memainkan peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan energi yang bisa diandalkan dan yang berkelanjutan.

GE diketahui telah melakukan serah terima PLTU Manjung 4 dengan kapasitas 1.000 MW kepada Tenaga Nasional Berhad (TNB) Malaysia, setelah sukses beroperasi secara komersial selama 2 tahun, April 2017. Manjung 4 adalah unit pembangkit listrik ultra-supercritical tenaga batu bara terbesar di Asia Tenggara.

Pascal Radue, Head of Clean Combustion Business GE Steam Power System, menyampaikan bahwa saat ini GE memfokuskan pada pengembangan teknologi pembangkit listrik ultra supercritical tenaga batu bara. “Dengan teknologi ultra supercritical, pembangkit listrik tersebut dapat saving 105.000 ton batu bara per tahun. Penghematannya bisa sampai US$ 80 juta per tahun,” ujar Pascal di Jakarta, Kamis(18/5).

Pascal menambahkan, setiap persen dari tingkat efisiensi tersebut bisa mengurangi emisi karbon dioksida hingga 3%. Teknologi pembakaran ultra-supercritical juga bisa mengurangi biaya operasi keseluruhan dari pembangkit listrik.

Sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPLT) PT PLN (Persero) 2017-2026, target bauran energi untuk batu bara di 2025 sebesar 50 % dari total energi primer, gas 26 % dan BBM diharapkan hanya kurang dari 0,5 %, sedangkan energi baru terbarukan (EBT) sebesar 22,5 %. “Kebutuhan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan batubara tetap merupakan bagian vital dalam rantai pasokan energi,” tandas Pascal.(RA)