JAKARTA – Pemerintah menegaskan keputusan untuk memasukan empat proyek minyak dan gas ke dalam proyek strategis nasional bukan tanpa alasan. Keputusan tersebut sesuai dengan rencana pengembangan dan ketersediaan energi dalam neraca gas nasional.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan keempat proyek yang dijadikan proyek strategis nasional merupakan proyek gas. Gas diproyeksikan menjadi salah satu andalan utama untuk memenuhi kebutuhan energi nasional di masa yang akan datang.

“Semua gas, ini masa depan energi. Kita itu kelihatan banyak di gas dari pada oil, karena itu harus efisiensi dengan teknologi yang tepat,” kata Arcandra di Jakarta, Selasa (4/7).

Pemerintah telah memutuskan empat proyek migas yang akan dikebut pengerjaannya dan masuk menjadi proyek strategis nasional. Keempat proyek tersebut adalah Lapangan Abadi, Wilayah Kerja Masela di Maluku, Lapangan Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru di Jawa Timur, Indonesian Deepwater Development (IDD) di Kalimantan Timur dan Pengembangan Tangguh Train 3 di Papua.

Keempat proyek migas tersebut merupakan proyek-proyek besar yang saat ini tengah dikerjakan. Proyek Masela ditargetkan memiliki kapasitas produksi total, baik gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) maupun gas pipa sebesar 10,5 juta metrik ton per annum (MTPA). Proyek Jambaran Tiung Biru direncanakan mampu berproduksi sebesar 175 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), proyek IDD yang ditangani PT Chevron Indonesia Pacific memiliki potensi gas di lapangan Gehem dan Gendalo sebesar 420 MMSCFD dan 700 MMSCFD. Serta Tangguh Train 3 ditargetkan mampu berproduksi sebesar 3,8 juta MTPA.

Menurut Arcandra, masuknya empat proyek tersebut menjadi proyek strategis nasional maka percepatan proyek bisa dilakukan, misalnya saja dengan penyerdehanaan izin serta meningkatkan koordinasi lintas kementerian.

Penyelesaian keempat proyek ini diyakini mampu memberikan dampak yang cukup signifikan seperti devisa negara serta mendukung pembangunan ekonomi masyarakat.

“Regional development, kemudian kebutuhan gas kita secara domestik bisa kita penuhi tanpa perlu impor. Proyek tersebut bisa memenuhi kebutuhan 10-20 tahun,” tukas di.

Arcandra mengatakan sebenarnya ada beberapa proyek lain seperti East Natuna yang bisa dimasukan dalam proyek strategis nasional, namun setelah dievaluasi akhirnya hanya keempat proyek tersebut yang terpilih karena dinilai paling cepat untuk bisa segera direalisasikan.

“Memang mereka sekarang ini paling besar. East Natuna masih jauh, kita usahakan untuk develop secepat mungkin,” kata Arcandra.(RI)