JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk, perusahaan batu bara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham ADRO, menargetkan pengembangan pasar batu bara jenis coking coal dari wilayah Kestrel di Australia yang baru saja diakuisisi dari Rio Tinto.

Garibaldi Thohir, Presiden Direktur Adaro Energy, mengatakan pasar batu bara jenis coking coal saat ini hanya diserap beberapa negara saja yang menjadi tujuan utama distribusi produksi coking coal baru bara dari Kestrel.

“Beda kalau thermal coal kan pasarnya luar. Kalau coking coal kan hanya negara penghasil steel,” kata Garibaldi di Kementerian Keuangan Jakarta, Rabu (3/10).

EMR Capital Ltd dan Adaro Energy secara bersama-sama akan mengelola dan mengoperasikan tambang Kestrel.
Kepemilikan Kestrel meliputi Kestrel Coal Resources Pty Ltd (80%) dan Mitsui Coal Australia (20%). Kestrel Coal Resources Pty Ltd merupakan perusahaan patungan yang dibentuk Adaro Energy (48%) dan EMR (52%).

Ada tiga negara yang jadi sasaran pasar coking coal Kestrel, yakni Jepang, China dan Korea Selatan. Dari ketiga negara tersebut, Jepang menjadi pasar utama.

Menurut Garibaldi, permintaan terhadap coking coal sebenarnya cukup tinggi, namun suplainya masih terbatas. Untuk itu peningkatan produksi coking coal juga menjadi strategi Adaro ke depan.

Strong (demand), suplai memang masih kurang,” tukas dia.

Garibaldi menambahkan untuk sekarang ini Adaro masih fokus dalam peralihan manajemen. Kedepan, pengembangan pasar batu bara Kestrel dipastikan menjadi prioritas berikut.

“Ya ada kekurangan disana-sini, kami push supaya lebih baik lagi. Kami fokus dulu, supaya operasional bagus. Kalau semua oke, baru akan kami tingkatkan,” kata Garibaldi.(RI)