JAKARTA – PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor eksplorasi dan produksi berpotensi kembali menambah produksi minyaknya dengan menggandeng PT Sarana GSS Trembul sebagai perusahaan patungan antara GSS Energy Ltd dengan PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jawa Tengah.

Kerja Sama Operasi (KSO) akan dilakukan di lapangan PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah dengan perkiraan cadangan minyak mencapai  40,1 juta barel.

Bambang Mulyadi, Presiden Direktur Sarana GSS Trembul, menyatakan meskipun merupakan lapangan tua tapi area Trembul diyakini masih memiliki potensi besar karena sejak pertama kali di bor pada 1917 oleh Nederlandsche Koloniale Petroleum Mij (NKPM) perusahaan minyak asal Belanda, baru sedikit minyak yang di produksi.

“Area ini ditutup pada 1942, menyusul invasi Jepang dalam Perang Dunia ke-2. Sejak pertama kali di bor hingga ditutup, NKPM baru mengambil 307 ribu barel,” kata Mulyadi di Jakarta.

Sarana GSS Trembul berkomitmen kepada Pertamina EP untuk melaksanakan program kerja 3 (tiga) tahun senilai US$ 7,6 juta. Dana tersebut antara lain digunakan untuk pengeboran empat sumur dan kegiatan akuisisi seismik.

Pengeboran sumur pertama  akan mulai dilakukan pada Juni 2017 dengan tahap awal adalah melakukan pengeboran untuk dua sumur untuk bisa mendapatkan data, dan selanjutnya baru memaksimalkan empat sumur baru yang rencananya akan di bor.

“Tahun pertama dua sumur dengan kapasitas produksi masing-masing 200 bph untuk lebih dapat data bukan megejar minyak untuk mengerti parameter. Total nanti ada empat sumur dengan masing – masing rate per sumur 200 bph,” ungkap Mulyadi.

Wilayah Blora sejak dulu memang dikenal sebagai wilayah yang kaya akan minyak, Sehingga para penambang tradisional juga banyak yang beraktifitas.

Menurut Mulyadi, di lapangan Trembul sendiri ada lima perusahaan tradisional yang tergabung dalam paguyuban penambang tradisional yang dibina PT Pertamina EP. KSO nantinya tidak akan menyentuh sumur milik para penambang tradisional.

“Sekarang keberadaan penambang dipayungi paguyuban. Pertamina yang mengatur interaksinya. Bentuk interaksi ya kita tidak akan masuk ke sumur yang sudah dieksploitasi mereka,” tandasnya.(RI)