JAKARTA – Pemanfaatan gas yang paling efektif dan memberikan sumbangan besar pada pembangunan berdasarkan berbagai studi adalah apabila digunakan untuk pembangkit listrik. Selanjutnya gas bisa digunakan untuk keperluan industri dan gas rumah tangga atau gas kota.

Ketua Komisi VII Kardaya

“Itu merupakan hasil studi yang hampir berlaku umum di dunia,” tutur Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika di Jakarta, kemarin. Untuk itu, dia berharap penggunaan gas sebaiknya dialokasikan untuk pembangkit listrik.

Menurut dia, penggunaan gas untuk transportasi hanya cocok bagi kendaraan umum massal dengan trayek terbatas. Penggunaan gas bagi kendaraan pribadi tidak terlalu berdampak signifikan pada pemanfaatan gas di dalam negeri. “Maka jangan heran program pemberian konverter gratis dan lain-lain kemajuannya tidak berarti. Pertambahannya sangat signifikan,” katanya.

Mantan Kepala Migas itu menuturkan sumberdaya gas yang ada di Indonesia jarus digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan domestik. Indikator keberhasilannya diukur pada dua faktor yakni ketersediaan gas dan harganya yang terjangkau.

Faktor ketersediaan gas akan sangat ditentukan oleh aktivitas eksplorasi yang dilakukan perusahaan migas atau impor apabila produksi di dalam negeri tidak mencukupi.  Untuk itu, penerintah harus mendorong masuknya investasi di sektor ini, Caranya antara lain dengan memberikan sejumlah insentif dan menjamin kepastian hukum bagi investasi tersebut. “Dalam kepentingan ini saya memandang signature bonus tidak penting. Yang terpenting adalah perusahaan migas yang sudah menandatangani kontrak langsung melakukan aktivitas eksplorasi,” tegasnya.

Sementara masalah harga gas masih menjadi keluhan konsumen karena dirasakan masih mahal. Untuk itu, Kardaya berharap BPH Migas dapat mengatur persoalan ini sehingga harga gas dengan didukung infrastruktur dan transportasi yang baik akan menjadi murah. (LH)