JAKARTA– PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di bawah PT Indonesia Asahan Alluminium (Inalum), holding industri pertambangan, mencatatkan penjualan ekspor sepanjang 2009-2017 sebesar US$ 5,6 miliar atau setara Rp82,88 triliun (kurs Rp 14.800 per dolar AS). Kinerja ekspor itu naik menjadi US$ 6,647 miliar bila memasukkan proyeksi penjualan ekspor 2018 sebesar US$ 1,046 miliar.

Bila dirata-ratakan dalam tahunan, pada periode 2009-2017, ekspor mineral Aneka Tambang sebesar US$ 622,3 juta. Sementara pada periode 2009-2018 dengan asumsi ekspor tahun ini terealisasi US$ 1,046 miliar, rata-rata per tahun ekspor Aneka Tambang sebesar US$ 664,7 juta.

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Inalum, mengatakan secara rata-rata feronikel memberi kontribusi terbesar ekspor Aneka Tambang sejak 2009 hingga saat ini. Penjualan ekspor terbesar feronikel Aneka Tambang terjadi pada 2010 dan 2011 saat perusahaan mendapatkan nilai penjualan sebear US$ 407 juta dan US$ 429 juta. “Tahun kontribusi terkecil feronikel terjadi pada 2013 saat penjualan hanya US$ 201 juta,” ujar Budi di Jakarta, Rabu (12/9).

Kontribusi terbesar penjualan ekspor Aneka Tambang berikutnya adalah emas dan perak, yaitu sebesar US$ 1,881 miliar dengan asumsi memasukkan estimasi penjualan ekspor tahun ini sebesar US$ 519 juta. Berikutnya adalah kontribusi nikel (ore) sebesar US$ 1,881 miliar. “Kontribusi nikel (ore) lebih kecil dari emas dan perak karena pada 2014-2016 tidak ada aktivitas ekspor nikel (ore),” jelas Budi.

Adapun bauksit, memberi kontribusi terkecil terhadap penjualan ekspor Aneka Tambang. Sejak 2009-2102 nilai ekspor bauksit perusahaan di rata-rata di bawah US$ 10 juta, bahkan pada 2014-2016 tidak ada aktivitas ekspor sama sekali. Baru pada 2017, ekspor bauksit naik ke level US$ 27 juta dan diproyeksikan naik menjadi US$ 43 juta pada 2018.

Sepanjang Januari-Juni 2018, Aneka Tambang sejatinya mencatatkan kinerja cukup apik. Pendapatan perusahaan naik 292% menjadi Rp11,82 triliun dari periode sama tahun lalu Rp3,01 triliun. Sedangkan laba bersih melompat jadi Rp344,45 miliar dibandingkan rugi bersih yang tercatat Rp496,12 miliar (year-on-year).

Dengan asumsi tersebut, Aneka Tambang diperkirakan mampu meraup pendapatan Rp 23,64 triliun, naik sekitar 87% dibanding realisasi pendapatan 2017 sebear Rp 12,65 triliun. Sementara itu, laba bersih perusahaan hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai Rp688,9 miliar, melesat hampir 11 kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp64,81 miliar.

Estimasi kinerja tersebut masih menggunakan asumsi target produksi yang sudah direncanakan manajemen sejak awal. Aneka Tambang menargetkan mampu memproduksi feronikel sebesar 26.000 ton nikel (TNi). volume penjualan emas ditargetkan sebesar 24.000 kilogram (kg). Semester I 2018, Aneka Tambang telah merealisasikan penjualan 13.760 kg emas. Margin emas Aneka Tambang jauh lebih rendah ketimbang nikel, yaitu 2% untuk emas dan 30% untuk nikel. (EP/DR)