JAKARTA – Pemerintah akhirnya mengubah skema pembangunan kilang Bontang menjadi penugasan ke PT Pertamina (Persero). Setelah mendapat langsung dari pemerintah, Pertamina akan mulai mencari mitra strategis yang akan secara bersama-sama menuntaskan proyek pembangunan kilang baru tersebut pada pertengahan 2023 dan memproduksi bahan bakar berstandar euro 5.

“Untuk NGRR Bontang sudah diputuskan menjadi penugasan kepada Pertamina dan tentatif akan selesai pada 2023,” kata Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina.

Wartawan Dunia Energi Raih Juara Pertama AJP 2015

Pemerintah sebelumnya menetapkan skema pembangunan new grass root refinery (GRR) Kilang Bontang dengan kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).

Rachmad Hardadi Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina menyatakan keputusan perubahan skema pembangunan kilang sudah disampaikan pemerintah secara lisan dan kini tinggal menunggu surat secara resmi sehingga bisa dilakukan proses selanjutnya.

“Kalau secara lisan sudah sejak dua hari lalu dari Kementerian ESDM. Tapi tentu kita menanti surat resmi. Selanjutnya cari partner lagi, seperti yang kami lakukan untuk Tuban” kata Rachmad.

Rachmad  menyatakan akan segera melakukan mitigasi persiapan infrastruktur dari awal karena ada perbedaan antara pembangunan kilang baru dan RDMP. Pemilihan partner sendiri bisa diputuskan pada awal tahun depan.

“Kami tidak perlu waktu lama kira-kira 3 bulan 4 bulan sudah bisa diperoleh partner. Februari kita akan pilih. Maret kita sudah miliki mitra untuk bangun Kilang Bontang,” kata dia.

Tahap seleksi partner menurut Rachmad akan dilakukan melalui mekanisme beauty contest dan diperkirakan akan melibatkan enam calon partner, seperti yang pernah dilakukan saat pemilihan partner kilang Tuban.

“Nah jadi sebetulnya dari shortlist yang lalu sudah ada enam ya. Rosneft kan sudah untuk Tuban, nah tinggal yang lain nanti kita lihat,” ungkap dia.

Pertamina meyakini pembangunan kilang Bontang akan lebih cepat terealisasi jika skema pembangunan  menjadi skema penugasan langsung karena sudah tersedia beberapa infrastruktur pendukung milik Badak NGL yang merupakan bagian dari Pertamina, seperti boiler,pembangkit listrik, steam, treatment air laut, nitrogen, tangki penyimpanan, perumahan, di sana.

Selain itu ketersediaan lahan juga menjadi faktor pendorong percepatan pembangunan . Pertamina bahkan sudah menyiapkan mekanisme persiapan lahan perbukitan untuk lokasi pembangunan kilang nantinya.

“Bontang itu kan harus cut and fill, di sana kan daerahnya rawa jadi ada yang bukitnya sedikit ada yg genangan airnya sedikit, rawa begitu. Tentu site preparation-nya lebih berat,” tandas Rachmad.(RI/AT)