JAKARTA – Industri pembangkit energi surya dianggap masih belum berkembang dengan pesat. Faktor utama yang membatasi perkembangannya adalah tantangan keekonomian biaya pembangkitan.

Andhika Prastawa, Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), mengatakan biaya pembangkitan listrik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) walaupun sudah turun drastis beberapa tahun terakhir, namun masih belum bersaing. Apabila dibanding dengan pembangkit konvensional fossil, atau bahkan pembangkit energi terbarukan lainnya.

“PLTS saat ini di Indonesia hanya dapat bersaing di lokasi yang sumber energi lain tidak terdapat, dan jauh dari jangkauan sistem distribusi tenaga listrik,” ujar Andhika kepada Dunia Energi, Kamis (18/1).

Dia menambahkan, lokasi-lokasi yang sumber energi lain tidak terdapat, dan jauh dari jangkauan sistem distribusi tenaga listrik pada umumnya hanya memerlukan daya yang kecil. Sehingga, kalaupun lokasi-lokasi tersebut dipenuhi dengan PLTS, skala industrinya tidak besar. Akibatnya, industri energi surya tidak berkembang dengan pesat.

“Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membantu memperbaiki nilai keekonomiaannya, dengan tetap memperhatikan industri manufaktur nasional, dan tanpa mengorbankan anggaran pemerintah,” kata Andhika.(RA)