JAKARTA – Pemerintah dinilai harus tetap menjadikan PT Pertamina (Persero) sebagai prioritas dalam pengelolaan blok-blok habis kontrak (terminasi). Pertamina tidak perlu mengelola blok-blok tersebut secara penuh, namun bisa menggandeng mitra, termasuk salah satunya operator eksisting.

Tutuka Ariadji, Ketua Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengatakan langkah Pertamina menggandeng operator eksisting bisa menjadi jalan tengah yang adil bagi semua pihak, termasuk untuk bisa mempertahankan produksi seperti yang diinginkan pemerintah. Kesinambungan produksi sangat penting sebagai tujuan jangka pendek, mengingat produksi nasional juga belum dapat memenuhi targetnya.

“Suatu kesempatan besar bagi Pertamina dan perusahaan nasional lainnya untuk mengelola blok yang sebagian besar sudah mature itu. Perusahaan nasional dapat saja bermitra dengan perusahaan asing dengan catatan kontrol manajemen ada di perusahaan nasional,” kata Tutuka kepada Dunia Energi, Senin (4/12).

Pemerintah yang sebelumnya telah menugaskan Pertamina untuk mengelola blok-blok terminasi yang masa kontraknya habis pada 2018 menganulir keputusan tersebut dan membuka peluang kontraktor eksisisting untuk kembali menjadi operator. Pemerintah beralasan langkah tersebut untuk menghindari penurunan produksi yang biasa terjadi pada masa transisi pengelolaan blok migas.

Empat dari enam blok terminasi rencananya akan diumumkan operator selanjutnya, yakni Blok South East Sumatera (SES), Tuban, Ogan Komering dan Blok Sanga Sanga. Dua blok lainnya sudah disetujui secara lisan oleh pemerintah untuk diserahkan ke Pertamina, yakni Blok NSO yang diunitisasi dengan NSB. Serta Blok Tengah yang akan diunitisasi dengan Blok Mahakam yang sebelumnya sudah diserahkan juga ke Pertamina.

Menurut Tutuka dengan kerja sama bersama mitra dan diberikannya kontrol kepada Pertamina maka akan ada dampak positif ganda yang diperoleh. Dari sisi produksi, penurunan produksi alamiah (decline) berpotensi bisa ditekan. Kemudian sisi lainnya adalah Pertamina sebagai perusahaan nasional bisa belajar dari perusahaan migas asing dalam pengelolaan blok migas.

“Dengan cara ini akan memberikan pengalaman untuk menjadi perusahaan dengan profesionalisme kelas dunia,” tandas dia.(RI)