JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan Proyek Jangkrik di Blok Muara Bakau berjalan sesuai dengan rencana, bahkan berpotensi bisa lebih cepat dari jadwal. Hal ini seiring rampungnya proses pembangunan Floating Processing Unit (FPU) atau fasilitas pengolahan gas terapung.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM, mengungkapkan apresiasinya terhadap proses pengerjaan proyek Jangkrik karena menggunakan fasilitas FPU yang dibangun di dalam negeri, yakni di Yard Karimun, Kepulauan Riau. FPU Jangkrik merupakan fasilitas terbesar yang pernah dibuat di Indonesia sampai saat ini.

“Menurut laporan ukuran Floating Processing Unit (FPU) ukurannya 46×192 meter. Ini besar sekali dan FPU terbesar yang pernah dibangun di Indonesia dan akan dioperasikan paling lambat Mei nanti. Ini juga FPU paling besar yang beroperasi di Indonesia,” kata Jonan, Selasa (21/3).

Jonan menambahkan pemerintah juga mendukung berbagai program efisiensi dalam pengerjaan proyek yang dilakukan ENI sebagai operator Jangkrik. Proyek Indonesia Deep Water Development (IDD) terbesar di Indonesia ini diperkirakan membutuhkan biaya investasi sekitar US$ 4,5 miliar, namun dengan efisiensi yang dilakukan biaya investasi dapat dipotong cukup signifikan.

“Investasi proyek ini bisa dihemat sebesar US$ 300 juta. Jadi dari yang direncanakan US$ 4,5 miliar, kurang lebih sekarang hanya sekitar US$ 4,2 miliar itu besar sekali sekitar Rp 5 triliun,” papar Jonan dalam keterangan tertulisnya.

Selain efisiensi dari sisi pembiayaan, ENI juga sukses dalam efisiensi untuk urusan waktu karena pemangkasan waktu yang dicapai proyek ini juga tidak singkat, yakni lebih cepat 12 bulan dari jadwal yang telah ditetapkan. Proyek Jangkrik ditargetkan bisa on stream pada Mei 2017.

ENI Indonesia memiliki saham sebesar 55 persen di proyek Jangkrik, perusahaan asal Italia itu bermitra dengan GDF Suez dengan kepemilikan 45 persen saham. Rencana pengembangan (plan of development/PoD) proyek Jangkrik disetujui pada 2011 dan pada 2013 ditemukan cadangan terbukti. Pengembangan dua lapangan dalam proyek ini yakni Jangkrik dan Jangkrik North East sendiri ditargetkan mampu memproduksikan gas dengan kapasitas mencapai 450 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Menurut Jonan, kapasitas produksi tersebut merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia karena jika sudah on stream nanti Proyek Jangkrik diproyeksikan mampu menyumbang 6 persen-7 persen pasokan gas nasional. Bahkan tidak tertutup kemungkinan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, pemerintah bisa meminta ENI untuk meningkatkan kapasitas produksi gas, untuk bisa memenuhi kebutuhan gas nasional yang terus meningkat terutama untuk kebutuhan pembangkit listrik.

“Kalau bisa ditingkatkan kapasitasnya, kalau bisa sampai dengan 800 MMSCFD, peningkatan produksinya untuk penuhi kebutuhan listrik,” kata Jonan.

Kedepan penggunaan FPU dari proyek Jangkrik juga bisa dimanfaatkan proyek-proyek lainnya, seperti Proyek IDD Chevron. Dengan begitu bisa dilakukan efisiensi terhadap berbagai proyek migas laut dalam yang dikenal membutuhkan biaya investasi besar.

“Mudah-mudahan proyek IDD yang dikerjakan Chevron juga bisa gunakan fasilitas FPU ini. Jadi tidak usah bangun lagi,” tandas Jonan.(RI)