JAKARTA – ENI hampir dipastikan akan menjadi pengelola baru Blok Makassar Strait, salah satu blok migas yang dilelang pada tahap kedua 2018 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengatakan hanya ENI yang mengakses dokumen lelang dan proposal penawaran Blok Makassar Strait telah diterima pemerintah dan saat ini masih dalam tahap evaluasi.

“Kemungkinan iya (ENI), dia yang masukan proposal dokumen. Selain ENI tidak ada,” kata Djoko ditemui di gedung DPR, Rabu (17/10).

ENI wajar mengajukan hak pengelolaan di Makassar Strait lantaran memiliki hak operasi di Lapangan Jangkrik yang berdekatan. Itu juga yang menjadi keunggulan ENI untuk dipercaya pemerintah sebagai pengelola Makassar Strait.

“Kayaknya menang deh (ENI), kan saya bilang mereka punya fasilitas (Lapangan Jangkrik) di situ, tinggal tapping pipa saja. Jadi dari segi cost bisa murah,” ungkap Djoko.

Blok Makassar Strait merupakan blok migas yang kontrak PT Chevron Pacific Indonesia akan habis (terminasi) pada 2020. Chevron telah memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak tersebut.

PT Pertamina (Persero) yang mendapatkan fasilitas untuk mengambil alih pengelolaan blok terminasi juga tidak menaruh minat. Blok Makassar Strait merupakan bagian dari proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) yang dikembangkan Chevron. Chevron lebih condong untuk fokus mengerjakan proyek IDD di dua blok lainnya, yakni Rapak dan Ganal.

Produksi di Makassar Strait memiliki potensi besar. Cadangan minyak di Lapangan Weseno saja status per 1 Januari 2017 sebesar 6,05 juta barel, mencakup cadangan 1P sebesar 1,8 juta barel, 2P sebesar 2,15 juta barel dan 3P sebesar 4,1 juta barel. Untuk gasnya 1P 288 BCSF, 2P sebesar 371 BSCF dan 3P sebesar 450,8 BSCF.(RI)