JAKARTA – PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) atau Antam, badan usaha milik negara di sektor pertambangan akan melakukan ekspor perdana nikel kadar di bawah 1,7% pada awal Mei 2017. Perseroan sebelumnya telah mendapat izin ekspor nikel kadar rendah pada 12 Januari 2017 dengan kuota sebesar 2,7 juta ton.

“Sekarang lagi loading. Di Pomala ada tiga vessel, harapannya awal Mei ini sudah jalan. Satu vessel bisa memuat kali 50 ribu WMT (wet metric ton). Untuk tahap awal tiga vessel, seluruhnya ke China,” ujar Hari Widjajanto, Direktur Operasi Antam, di Jakarta, Selasa (2/5).

Hari mengatakan, Antam juga tengah menunggu persetujuan ekspor nikel ke Jepang. Pada tahap kedua, Antam mendapat kuota ekspor sebesar 3,7 juta ton nikel kadar rendah.

“Kita memang sedang pertimbangkan ke Jepang, karena punya longstory dengan mereka,” kata Hari. Hingga saat ini Antam memiliki 60 letter of intent untuk 100 juta ton nikel kadar rendah, yang sebagian besar berasal dari China. Serta Jepang dan Eropa Timur.

Menurut Hari, ekspor nikel kadar rendah akan memberi kontribusi signifikan bagi pendapatan, membantu cash flow dan memberi kepercayaan kepada lender agar kelangsungan Antam terjamin.

“Untuk pembangunan smelter dana kurang mencukupi. Dengan modal yang ada kami bisa pinjam dana dari lender,” ungkap dia.
Menurut Dimas Wikan Pramudhito, Direktur Keuangan Antam, kontribusi ekspor nikel kadar rendah perseroan akan terefleksi pada kuartal II 2017.
Komoditas emas masih menjadi kontributor terbesar pendapatan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan, pada kuartal I 2017. Emas menyumbang 70% atau Rp1,16 triliun dari
Pada kuartal I 2017, pendapatan Antam mencapai Rp1,65 triliun, turun 16,6% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,98 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari penjualan emas yang mencapai Rp1,16 triliun atau 70% dari total pendapatan.
Selain emas, Antam juga mendapat pendapatan dari penjualan feronikel yang mencapai 2.562 TNi. Pendapatan dari penjualan feronikel pada tiga bulan pertama tahun ini mencapai Rp365 miliar.

Selain dari ekspor nikel kadar rendah, pendapatan Antam pada 2017 juga berpotensi melonjak seiring mulai beroperasi komersialnya Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP). Proyek tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel Antam dari 18 ribu-20 ribu ton nikel dalam feronikel (TNi) menjadi 27 ribu-30 ribu TNi.

Tahun ini Antam menargetkan peningkatan volume produksi dan penjualan feronikel secara bertahap dengan target masing-masing sebesar 24 ribu TNi.

“Seharusnya kontribusi feronikel tahun ini meningkat. Pada 2016 dengan produksi 20.200 dan penjualan 20.800, bisnis feronikel berkontribusi 31%. Kalau tahun ini meningkat menjadi 24 ribu, artinya akan ada peningkatan juga,” tandas Dimas.(RA)