JAKARTA – Pembatasan impor emas yang diberlakukan Pemerintah India dan berlaku bagi semua perusahaan sejak akhir 2015 ikut berdampak pada penjualan emas PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan. Untuk itu, Aneka Tambang atau Antam tengah membidik pasar ekspor baru, di antaranya Malaysia, Singapura, Uni Emirat Arab dan beberapa negara Afrika.

“Tingginya penjualan emas Antam pada 2015 merupakan anomali yang disebabkan tingginya ekspor emas ke India seiring adanya ASEAN-India Free Trade Agreement,” kata Tedy Badrujaman, Direktur Utama Antam.

Pada tahun lalu, volume penjualan emas Antam melonjak 42% menjadi 14.179 kg atau 455.865 ounce dibandingkan raihan 2014. Dari total penjualan emas Antam tahun lalu, sebanyak 8,1 ton diekspor ke India, 3,4 ton ke Singapura, dan sisanya Malaysia serta ke pasar domestik.

Menurut Tedy, dengan adanya penjajakan untuk menembus pasar ekspor baru, perseroan meyakini target volume penjualan emas bisa tercapai. Pada tahun ini, Antam menargetkan volume penjualan emas sebesar 11 ton dan hingga paruh pertama telah tercapai 5,3 ton.

Kontribusi

Seiring dengan penguatan harga komoditas emas dan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat, Antam memproyeksikan kontribusi komoditas emas terhadap kinerja keuangan akan makin meningkat. Harga komoditas emas saat ini tercatat di kisaran US$1.350 per ounce, lebih tinggi dibanding harga rata-rata emas 2015 sebesar US$1.190,75 per ounce.

“Kedua faktor tersebut (nilai tukar dan harga emas) diharapkan akan meningkatkan kinerja keuangan Antam pada tahun ini,” kata dia.

Setelah membukukan kerugian dalam dua tahun terakhir, Antam memproyeksikan bisa membukukan laba bersih pada tahun ini. Apalagi hingga tiga bulan pertama 2016, perseroan membukukan laba bersih Rp5,29 miliar dibanding periode yang sama tahun yang mencatat rugi bersih hingga Rp240,20 miliar.

“Kita optimistis bisa mempertahankan kinerja kuartal I hingga akhir 2016,” kata Dimas Wikan Pramudhito, Chief Financial Officer Aneka Tambang.(AT)