JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan investasi subsektor Mineral dan Batu Bara (Minerba) tidak akan berubah signifikan. Ketiadaan aktivitas masif di sektor pertambangan menjadi salah satu penyebab minimnya investasi minerba.
Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM, mengatakan secara rupiah sebenarnya sudah mencapai target, namun jika dikonversi menjadi di dalam dolar Amerika Serikat jumlahnya relatif sedikit.

“Tahun ini mirip saja (dengan tahun lalu), belum ada eksplorasi besar-besaran. Investment capex hanya untuk alat-alat yang waktunya sudah habis,” kata Bambang dalam konferensi pers di kantor Ditjen Minerba Kementerian ESDM Jakarta, Rabu (9/1).

Dalam catatan Kementerian ESDM, realisasi investasi tahun lalu mencapai Rp97,5 triliun. Capaian tersebut sebenarnya sudah melebihi target yang dipatok Rp88,27 triliun. Realisasi ini juga sebenarnya paling tinggi dalam empat tahun terakhir.

Realisasi investasi minerba berturut-turut sejak 2015 adalah Rp 78,44 triliun, lalu 2016 sebesar 97,82 serta sebesar Rp 82,7 triliun.

Menurut Bambang, kegiatan eksplorasi akan mengkerek investasi di sektor minerba. Namun yang harus dipersiapkan tentu ketersediaan lahan.

Pada 2019, pemerintah sudah akan menyiapkan 14 wilayah yang akan dilelang. Empat wilayah merupakan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) dan 10 Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP).

Kemudian untuk mendorong eksplorasi pemerintah sudah mengusulkan adanya Junior Mining Company (JMC) yang aturan main operasionalnya akan diatur dalam revisi Undang-Undang Minerba.

“Iklim investasi itu harus ada kepastian hukum. Tapi harus disediakan juga lahan untuk eksplorasi. Pada tahun ini akan kami lelang lagi empat, semoga sesudah April. Terus ada 10 WIUP yang menanti untuk dilelang oleh daerah. Kalau itu laku semua investasi harusnya naik,” kata Bambang.(RI)