JAKARTA – Strategi PT Pertamina (Persero) yang aktif menjalin komunikasi dengan berbagai perusahaan migas internasional dinilai akan menambah informasi tentang perkembangan industri migas secara luas serta meningkatkan kompetensi dalam berkiprah di mancanegara.
“Saya mendorong Pertamina lebih profesional, selain langkah ekspansi yang memang harus dilakukan untuk menambah cadangan migas,” Gus Irawan Pasaribu, Ketua Komisi VII DPR kepada Dunia Energi, baru-baru ini.

Pertamina baru saja mencapai kesepakatan dengan National Iran Oil Company (NIOC) untuk melakukan kajian terhadap dua lapangan minyak di Iran yakni Ab-Teymoura dan Mansouri  yang diproyeksikan memiliki cadangan total 3 milliar barel.

Pertamina terbilang cukup agresif ekspansi hulu migas ke luar negeri. Jika pada 2015 aset perusahaan hanya ada di tiga negara, yaitu di Aljazair, Malaysia, dan Irak, maka pada tahun ini ada tambahan sembilan aset baru masing-masing terdapat dua aset di Eropa, yakni Perancis dan Italia. Dua di Amerika, yakni Kanada dan Kolombia dan satu di Asia, yaitu di Myanmar. Serta di Afrika, dengan aset barunya yang berada di Namibia, Tanzania, Nigeria, dan Gabon.

Sebagian besar aset tambahan pada tahun ini memang masih dalam tahap eksplorasi dan pengembangan, baru aset di Gabon dan Nigeriayang sudah memberikan kontribusinya dengan total kapasitas produksi sekitar 30 barel setara minyak per hari (BOEPD).
Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, mengungkapkan untuk 2017, perusahaan tidak akan mengurangi kegiatan ekspansinya di luar negeri. Pertamina menyiapkan anggaran hingga US$ 1,5  milliar untuk pengelolaan ladang migas di luar negeri. “Untuk ekspansi kita anggarkan hingga US$ 1,5 milliar,” kata Syamsu.
Menurut Gus Irawan, Pertamina pasti sudah mengkalkulasikan seluruh kegiatannya untuk tahun depan apalagi laporan keuangan pada beberapa tahun terakhir terus menunjukan tren positif. “Sebagai korporasi besar, Pertamina pasti sudah menghitung dan memang sekarang lagi bagus laporan keuangannya,” kata dia.

Gus menambahkan meski kinerja Pertamina positif, dukungan pemerintah tetap diperlukan. Apalagi sebagai perusahaan berpelat merah sudah sewajarnya Pertamina diberikan berbagai insentif dari pemerintah sebagai regulator, sehingga akselerasi kegiatan usahanya bisa terus berkembang.

“Pemerintah bisa membuat regulasi yang kemudian bisa dijalankan Pertamina tetapi tidak membebani. Karena sebagai korporasi Pertamina kan harus survive. Jadi dukungan yang bisa diberikan dari sisi regulasi,” tandasnya.(RI)