JAKARTA – PT Pertamina (Persero) masih menunggu kepastian perizinan GACA, otoritas bandar udara Arab Saudi untuk memuluskan rencana ekspansi penjualan avtur di negara tersebut. Ada dua bandara yang menjadi incaran, yakni Bandara King Abdul Aziz, Jeddah dan Bandara King Khalid di Riyadh.

Muchamad Iskandar, Direktur Pemasaran Pertamina, mengatakan sejak tahun lalu Pertamina telah mengurus perizinan, bahkan hingga saat ini terus melobi pihak otoritas bandar udara Arab Saudi untuk bisa segera memberikan lampu hijau bagi bisnis aviasi Pertamina.

“Belum dapat approval otorisasi di sana. Di sana yang memegang otorisasi bukan oil company,” kata Iskandar di Jakarta, Kamis (4/5).

Dia menambahkan persiapan Pertamina sudah matang untuk masuk menjadi pemain bisnis aviasi di Arab Saudi termasuk membentuk perusahaan patungan dengan badan usaha lokal. Hal itu merupakan salah satu syarat yang diajukan regulator Arab Saudi.

Dalam pembentukan perusahaan patungan tersebut Pertamina akan menggandeng Dallah sebagai kepanjangan tangan Pertamina di sana. Jika sudah diizinkan untuk tahap pertama Pertamina akan menyiapkan volume sebesar 150 ribu KL.
Bandara King Abdul Aziz di Jeddah akan menjadi salah satu prioritas penyaluran avtur karena sebagai central rute penerbangan internasional dan pintu masuk berbagai maskapai penerbangan dunia termasuk maskapai dari Indonesia dalam pelaksanaan ibadah Umroh atau Haji.

“Apalagi maskapai dari Indonesia ke sana untuk umroh banyak, Garuda, Lion, dan AirAsia,” ungkap Iskandar.

Bisnis Aviasi kata Iskandar memang menjadi bisnis yang cukup menjanjikan bagi Pertamina dari sisi pemasaran karena cukup tingginya pertumbuhan penggunaan pesawat terbang. “Kita memang tidak bisa target tergantung disana tapi ini salah satu ekspansi ke internasional,” tandasnya.(RI)