JAKARTA – Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)  2018 masih dievaluasi PT PLN (Persero). Evaluasi dilakukan PLN seiring pertumbuhan ekonomi tidak sesuai dengan ekspektasi.
Syofvi Felienty Roekman, Direktur Perencanaan Korporat PLN, menegaskan PLN berkomitmen melaksanakan proyek 35 ribu MW.
“RUPTL 2018 masih dievaluasi. Proyek 35 ribu MW tetap kita lakukan, tapi melihat perkembangan pertumbuhan energi yang tidak seperti ekspedisi maka butuh penyesuaian. PLN terus lakukan review agar tidak over. Kami percaya pertumbuhan kelistrikan akan mendorong pertumbuhan ekonomi juga,” kata Syofvi di Jakarta, Selasa (17/10)
Menurut Syofvi, pertumbuhan penjualan energi listrik kedepannya tidak akan sama dengan RUPTL 2017. Untuk itu, beberapa penyusaian akan dilakukan.
“Memang tidak tambahkan pembangkit-pembangkit baru lagi. Kami tetap gunakan asumsi pembangkit seperti 2017,” kata dia
Syofvi menambahkan  PLN juga terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), demi mendukung pencapaian target bauran EBT sebesar 23%.
“Kami akan terus berupaya mencari resources-resources baru. Kami akan gunakan energi lokal, sepeti di Sumatera dan Kalimantan cukup banyak resource batu bara disana,” kata Syofvi.
Target megaproyek listrik 35 ribu MW sempat dievaluasi pada akhir ta­hun lalu, karena sesuai perhitungan PLN dan pemerintah sulit merealisasikan target tersebut.
Kini, pemerintah berencana mengevaluasi lagi setelah surat Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati me­minta Kementerian ESDM dan PLN mengevaluasi target proyek prioritas tersebut, bocor ke ruang publik. Dalam surat itu, Sri Mulyani mengkhawatirkan kondisi keuangan PLN yang memiliki utang cukup besar.
Disisi lain, Menteri Koordinator Bi­dang Kemaritiman Luhut Bin­sar Pandjaitan menilai proyek 35 ribu MW perlu dievaluasi. Hal itu merujuk pada pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan hanya akan tum­buh 5%-6%. Sedangkan, proyek 35 ribu MW menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 6%-7%
Syofvi mengatakan PLN masih tetap melelang proyek-proyek pembangkit listrik sesuai dengan ketetapan RUPTL. Namun, butuh penyesuaian seiring dengan pertumbuhan beban yang ada.
“Kita sesuaikan nanti dengan kebutuhan bebannya. Yang IPP itu tinggal 2.000 MW lagi yang masih dalam proses pengadaan sampai sekarang. PLN juga harus berpikir bagaimana meningkatkan pertumbuhan penjualan listriknya kami sendiri,” tandas Syofvi.(RA)