JAKARTA– PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi,  menegaskan laba bersih yang diperoleh perseroan selama semester I 2016 sangat dipengaruhi oleh efisiensi yang telah dilakukan perusahaan.

Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan selama semester I 2016, Pertamina sukses membukukan efisiensi sebesar US$1,21 miliar, jauh melampaui target perusahaan pada periode tersebut sebesar US$838 juta. Di sisi lain, laba bersih yang diperoleh Pertamina adalah sebesar US$1,83 miliar.

“Artinya efisiensi besar-besaran yang kami lakukan di semua lini sangat berkontribusi besar dalam menaikkan laba bersih Pertamina pada semester I 2016,” ungkap Wianda dalam siaran pers yang diterima Dunia-Energi.

Dia juga menjelaskan peningkatan kinerja operasi dari hulu ke hilir yang meningkat juga menjadi faktor penting dalam penciptaan laba bersih. Produksi hulu naik 16,4%, transportasi gas yang naik 1%, yield valuable kilang yang terus meningkat dan biaya produksi BBM dari kilang yang semakin efisien (98,2% dari MOPS) menjadikan kinerja finansial Pertamina semakin kuat.

Terkait dengan penjualan BBM sepanjang semester I 2016 Pertamina menjual total sebanyak 31,6 miliar liter. Pertamina mengklaim sukses melakukan berbagai inovasi produk BBM nonsubsidi yang dapat diterima dengan baik di pasar, seperti Pertalite yang disambut konsumen dengan antusias.

“Sebagai korporasi, dengan kinerja operasi yang baik dan efisiensi yang sudah dilakukan Pertamina  pencapaian laba bersih tersebut adalah wajar dan kami syukuri,” katanya.

Namun, Wianda menambahkan, Pertamina juga mewaspadai segala kemungkinan yang dapat terjadi hingga akhir tahun ini, khususnya terkait dengan fluktuasi harga minyak dan pengaruhnya terhadap harga BBM PSO dan penugasan yang diatur oleh pemerintah. Pertamina selama ini mengikuti kebijakan pemerintah dalam penetapan harga BBM PSO dan juga penugasan.

Berdasarkan ketetapan pemerintah, harga BBM PSO dan penugasan ditetapkan tidak berubah sampai dengan September 2016, apapun situasi pasar yang terjadi. Keputusan tersebut ditempuh pemerintah untuk stabilitas ekonomi masyarakat yang akan menghadapi masa Ramadan, Idulfitri, dan Idul Adha.

Menurut Wianda, pada semester I 2016 harga minyak relatif stabil, namun perkembangan terakhir minyak mentah saat ini terus meningkat. Artinya, apabila terjadi peningkatan harga minyak mentah dan tidak ada perubahan harga ke depan, bisa jadi apa yang sudah diperoleh pada semester I lalu tergerus pada semester berikutnya.

“Pertamina telah mengalami kerugian cukup besar dari penjualan BBM tahun lalu karena fluktuasi harga minyak, dimana Pertamina rugi hampir Rp13 triliun karena harga penetapan di bawah formula. Ini yang kami juga waspadai,” tambah Wianda. (DR)