JAKARTA – Inisiatif dari efisiensi di sektor hulu, pengolahan dan optimalisasi operasional menjadi faktor utama PT Pertamina (Persero) melampaui target efisiensi sepanjang 2016 yang dipatok US$2,135 miliar. Langkah renegoisasi kontrak eksisting, optimasi inventory, maupun sentarlisasi material membuat perseroan makin efisien.

“Realisasinya capaian efisiensi sebelum teraudit mencapai US$ 2,67 miliar, jauh melebihi target,” kata Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina di Jakarta.

Selain itu kontribusi dalam efisiensi juga diperoleh dari sistem pengadaan crude oil melalui Integrated Supply Chain (ISC), optimalisasi pembiayaan anak usaha serta peningkatan signifikan dalam penjualan varian bahan bakar Pertamina, seperti pertalite dan dexlite. Penjualan kedua produk bahan bakar khusus tersebut mencapainUS$349 juta pada tahun lalu.

Volume penjualan pertalite yang pada Januari 2016 baru sebesar 3.500 kiloliter (KL) per hari, pada Desember tahun lalu melonjak hingga mencapai 33 ribu KL per hari.

“Sepanjang tahun lalu total volume penjualan pertalite mencapai 5,8 juta KL. Hingga saat ini penjualan pertalite terbukti terus mengalami tren peningkatan,” ungkap Wianda.

Efisiensi lainnya yang dilakukan seperti di seluruh direktorat efisiensi program energi, serta 26 sewa kontrak aset baru untuk aset penunjang usaha turut serta dalam mendongkrak efisiensi korporat secara total.
Pencapaian efisiensi menjadi pendorong kinerja keuangan Pertamina yang positif sepanjang 2016, apalagi jika dibandingkan dengan berbagai perusahaan migas dunia lainya.
Pada 2016, pertumbuhan laba bersih Pertamina tercatat sebear 209,3 persen menjadi US$3,14 miliar. Pencapaian ini jauh diatas perusahaan migas kelas dunia lainnya, seperti Exxonmobil yang membukukan rugi bersih US$ 6,61 miliar, Petronas merugi US$2,82 miliar dan BP yang membukukan kenaikan laba bersih 87 persen.

Yenni Andayani, Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina, dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, mengungkapkan pada 2016 pendapatan Pertamina memang menjadi US$ 36,45 miliar. Namun berkat strategi efisiensi yang dijalankan, perseroan berhasil membukukan kenaikan laba yang signifikan. “Dengan laba operasi US$ 6,17 miliar, perusahaan sukses mencatatkan laba bersih sebesar US$ 3,14 miliar,” kata Yenni.(RI)