undangan-diskusi

JAKARTA– Energy and Mining Editor Society (E2S), paguyuban para editor dan jurnalis senior yang berkhidmat di sektor energi dan sumber daya mineral, bekerja sama dengan Dunia-Energi.Com akan menyelenggarakan diskusi publik bertema “Harmonisasi Sinergi Pemerintah dan Swasta untuk Mempercepat Realisasi Proyek Pembangkit Listrik” di Cendana Room, Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Kamis (8/12).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dijadwalkan tampil sebagai pembicara kunci. Sedangkan panelis diskusi dijadwalkan lima orang, yaitu Satya Zulfanitra, Direktur Pengusahaan Ketenagalistrikan Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM; Nicke Widyastuti, Direktur Perencanaan dan Investasi PLN; dan Arviyan Arifin. Direktur Utama PT Bukti Asam Tbk. Dua pembicara lainnya adalah Heru Dewanto, Direktur Utama PT Cirebon Energi Prasarana yang juga Sekjen Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia dan Teguh Setiawan, Direktur Utama PT Bekasi Power. Diskusi akan dipandu oleh  Hidayat Tantan, CEO Dunia Energi.

Dudi Rahman, Chairman E2S, mengatakan diskusi publik ini bertujuan meningkatkan sinergi semua pemangku kepentingan untuk mempercepat pengerjaan pembangkit listrik 35.000 megawatt. Selain itu, diskusi publik ini ingin melihat sejauh mana komitmen semua pemangku kepentingan dalam mendukung IPP  dalam mengimplementasikan rencana kerjanya demi menyokong program 35.000 MW.

“Lewat diskusi publik ini kami juga ingin mengedukasi publik bahwa peran IPP dalam pengembangan energi listrik melalui pengembangan pembangkit sangat besar untuk meningkatkan elektrifikasi nasional, bukan hanya untuk masyarakat, tapi juga industri,” ujar Dudi di Jakarta, Kamis (1/12).

Presiden Joko Widodo sebelumnya menargetkan pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) selama 2015-2019 demi menjawab kondisi kelistrikan nasional yang sudah defisit di hampir seluruh provinsi. Ketersediaan pasokan listrik sangat vital bagi Indonesia dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,7% dan akan ditingkatkan menjadi rata-rata 7% mulai 2018.

Menurut Dudi, membangun pembangkit 35.000 MW membutuhkan investasi mencapai Rp 1.100 triliun. Karena keterbatasan dana PT PLN (Persero),  peran produsen listrik swasta (IPP)  akan lebih besar. “Kami akan lihat bagaimana janji pemerintah yang akan memberikan sejumlah kemudahan agar perusahaan swasta nasional tertarik menggarap proyek-proyek kelistrikan,” ujarnya.

Dudi mengungkapkan pembangkit listrik bakal menjadi masa depan para produsen batubara. PT Bukit Asam  Tbk (PTBA) memproyeksikan terus mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap di mulut-mulut tambang batubara guna meningkatkan pasokan energi dalam negeri.  PTBA saat ini bekerja sama dengan PLN membangun beberapa PLTU di mulut tambang batubara di di antaranya PLTU mulut tambang batubara Tanjung Enim dengan kapasitas 2×620 MW.

“Kemampuan kapasitas PLTU mulut tambang di wilayah operasional  PTBA bisa mencapai 5.000 MW sesuai program pengembangan energi nasional,” katanya.

PT Adaro Energy Tbk (ADRO), emiten pertambangan batubara terkemuka nasional, jelas Dudi, juga  mulai fokus mengubah portofolio bisnisnya ke sektor pembangkit listrik. Sejauh ini,  ada  tiga  proyek  yang  dikembangkan  oleh  perusahaan  dengan  total  kapasitas terpasang  2.800 MW.

Dia menyebutkan, IPP lain seperti PT Cirebon Electric Power, pengembang pembangkit listrik tenaga uap, sejak 2012 mengoperasikan PLTU berkapasitas 660 MW. Perusahaan ini telah menggunakan teknologi mutakhir dalam pembangkit, yaitu ultrasuper critical yang ramah lingkungan. “Anak usaha Indika Energy ini juga dalam waktu  dekat mengembangkan unit kedua pembangkit di tempat yang sama yang menggunakan teknologi batubara bersih,” katanya.

Dudi menegaskan, diskusi publik soal listrik ini terbuka untuk umum. Karena tempat terbatas, peminat diskusi bisa mendaftarkan diri kepada Epriliyanti di nomor 085973851558  atau Mairita di nomor 085691237937. (AT)