JAKARTA – Pemerintah dinilai belum memberikan dukungan fiskal secara signifikan untuk mendukung investor melakukan investasi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bijih bauksit menjadi smelter grade alumina (SGA). Padahal, butuh dana besar dalam pengembangan smelter SGA.

“Masalah perizinan, kewenangan antar instansi dan departmen yang masih terus diupayakan solusinya oleh pemerintah,” kata Yusak Lumba Pardede, Direktur PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA),  perusahaan tambang bauksit yang menguasai 30% saham smelter PT Well Harvest Winning Alumina Refinery.

Pada tahun ini baru Well Harvest yang menjadi produsen alumina SGA sebagai bahan baku aluminium bagi industri smelter aluminium sebagai subtitusi impor. Pembangunan smelter Well Harvest yang berlokasi di Ketapang, Kalimantan Barat, membutuhkan investasi sebesar US$ 1,15 miliar.

Liem Hok Seng, Presiden Direktur Cita Mineral, mengatakan banyaknya manfaat dalam pembangunan smelter SGA seharusnya didukung regulator pasar modal, pemerintah lokal dan pusat. Hal ini juga untuk mendukung amanah Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba).

“Khususnya dukungan untuk akses pendanaan, keamanan serta izin-izin dari instansi yang berbeda serta kementerian terkait,” tukasnya.

Well Harvest merupakan perusahaan patungan antara Cita Mineral, China Hongqiao Group Limited yang menguasai 56% saham, Winning Investment (HK) Company Ltd 9% saham, dan Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co.Ltd yang menguasai 5% saham. (RA)