JAKARTA – Industri timah Indonesia dinilai harus mampu memetakan permasalahan dan menjawab berbagai tantangan yang ada, baik dari dalam atau pun dari luar negeri. Megain Widjaja, CEO Indonesian Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), mengatakan dengan berbagai inovasi dan komitmen yang  dilakukan, serta dukungan dan pengawasan dari pemerintah, maka harga yang terbentuk memiliki kapasitas yang lebih besar dalam pembentukan harga timah dunia.

“Pergerakan harga timah di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 28,24%, setelah adanya ICDX fluktuasinya hanya 14,06 persen (Januari – Juli 2016),” kata Megain di Jakarta, Kamis (18/8).

Sebagai produsen timah terbesar kedua di dunia, menurut Megain, Indonesia terus berinovasi untuk memberikan produk timah terbaik kepada seluruh pelaku pasar internasional. Lima jenis kontrak timah yang diperdagangkan ICDX, yakni TINPB300 yang merupakan batas maksimal unsur pengotor timbal (PB) adalah 300 part per million, TINPB200, TINPB100, TINPB50, serta TIN4NINE yang merupakan produk premium ICDX dengan kandungan timah batangan 99,99 persen.

Dia mengungkapkan, volume perdagangan ekspor timah Indonesia ke pasar internasional menunjukkan tren yang positif. Berdasarkan data transaksi ICDX, ekspor timah Indonesia pada 2014 lebih dari 50.000 metric ton (MT). Volume ekspor timah Indonesia meningkat menjadi 66.000 MT pada tahun 2015.

“Pertumbuhan yang menggembirakan terlihat dari perkembangan para pelaku pasar yang bergabung atau menjadi anggota dan bertransaksi melalui bursa. Seller ICDX tumbuh sebesar 400 persen, buyer ICDX tumbuh 107 persen, yang berasal dari berbagai belahan dunia,” tandas Megain.(RA)