JAKARTA – Pemerintah akan membangun kilang minyak mini berkapasitas sekitar 20 ribu barel per hari untuk mendukung pengembangan minyak dan gas di Blok East Natuna. Kilang minyak yang akan dibangun di tengah laut itu diperkirakan menelan investasi lebih dari Rp250 miliar.

IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kapasitas kilang minyak mini disesuaikan dengan produksi minyak Blok East Natuna yang diperkirakan sekitar 7.000-15.000 barel per hari (bph). Cadangan gas di East Natuna diperkirakan empat kali lipat dari Blok Masela.

“Investasi untuk pembangunan kilang minyak mini, pada awalnya akan ditawarkan kepada badan usaha. Apabila tidak ada yang berminat, maka pembangunan kilang akan menggunakan dana pemerintah,” kata dia.

Rencananya, kilang minyak mini akan di bangun di tengah laut di ujung Kepulauan Natuna. Selain agar dapat digunakan bersama-sama dengan blok migas lainnya, pembangunan kilang juga dilakukan demi kedaulatan negara.

Wiratmaja mengakui belum ada negara yang membangun kilang minyak mini di tengah laut karena biayanya yang relatif mahal, terutama jika dibandingkan dengan pembangunan kilang di darat. “Membangun kilang di tengah laut itu, keuntungannya kecil. Malahan mungkin tidak ada untung. Semakin besar kilang yang dibangun, semakin enak untuk profit,” ungkap dia seperti dikutip situs www.migas.esdm.go.id.

Pemerintah berencana akan memproduksi lebih dulu cadangan minyak di Blok East Natuna, baru kemudian gas. Produksi minyak diperkirakan baru bisa direalisasi pada 2019. Minyak yang akan diproduksi rencananya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan di sekitar Natuna, antara lain untuk bahan bakar kapal TNI.

Pemerintah meminta PT Pertamina (Persero) mempercepat kajian teknologi dan market review East Natuna dari dua tahun menjadi 1,5 tahun sehingga pada 2017 sudah dapat ditetapkan PSC yang baru.(AT)